Senin, 05 Maret 2018 12:06 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon kembali menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kali ini, Fadli menyindir mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu lantaran nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Fadli menilai, saat ini upaya pemerintah yang diwakili Kementerian Keuangan untuk memperkuat nilai tukar rupiah belum optimal. Padahal, saat ini sudah ada intervensi dari Bank Indonesia.
"UUD kita tak membolehkan rupiah kita floating. Suruh mereka (pemerintah) berpikir, kan menteri terbaik di seluruh dunia (Sri Mulyani). Bagaimana ini, memikirkan rupiah melemah. Ini persis dulu," sindir Fadli di gedung DPR, Senin (5/3/2018).
Fadli pun merasa aneh karena Pemerintah Indonesia selalu bangga dengan pujian International Monetary Fund (IMF) atas kinerja ekonomi yang baik. Padahal, menurut Fadli, pujian IMF itu justru tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan, biasanya setelah dipuji IMF, perekonomian Indonesia malah mengalami krisis. Karena itu, ia meminta pemerintah tidak larut dan merasa bangga dengan pujian IMF.
"Selalu, dipuji IMF habis itu krisis. Ini seperti menyiram bensin di atas api. IMF tak memberikan confident ke ekonomi kita. Untuk apa kita ikutan IMF lagi," ujar Fadli.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Doddy Zulverdi menilai, turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) hingga mencapai Rp 13.800 telah berlebihan.
"Angka level sekarang ini tidak sesuai fundamental, dan harusnya bisa lebih kuat dan banyak variabel domestik," ujar Doddy saat konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Kamis (1/3/2018).
Doddy melihat, dari berbagai variabel domestik, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, hingga pertumbuhan investasi, cukup terjaga. Sehingga sangat berlebihan jika nilai tukar rupiah mencapai Rp 13.800 per dollar AS.
Dia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mulai terjadi sejak Bank Sentral AS atau The Fed melaksanakan rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) beberapa waktu lalu.
"Sejak awal Februari sangat terasa dinamikanya, enggak lama setelah pertemuan The Fed di akhir Januari perkembangan pasar keuangan global di pasar saham dan obligasi bergerak dengan cepat," ucapnya