Senin, 23 Oktober 2017 14:28 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Donald Trump bicara lebih banyak tentang rencana militer yang dimiliki Amerika Serikat (AS) terhadap Korea Utara (Korut).
Dia menyatakan, Washington siap perang dengan Pyongyang. ”Kami sangat siap seperti Anda tidak akan percaya,” kata Trump kepada dalam program Sunday Morning Futures, Fox News, saat membahas ketegangan dengan Korea Utara, yang memanas karena dipicu program senjata nuklir Pyongyang.
”Anda akan terkejut melihat betapa benar-benar siapnya kita jika perlu,” lanjut Trump yang dalam beberapa bulan ini terlibat perang kata-kata dengan diktator muda Korut Kim Jong-un.
”Apakah lebih baik tidak melakukan itu? Jawabannya adalah ya,” kata Trump yang melanjutkannya dengan penjelasan soal potensi konflik.
”Apakah itu akan terjadi? Siapa tahu,” ucap pemimpin Gedung Putih ini, yang dilansir Senin (23/10/2017).
Dalam acara itu, Trump ditanya perihal kebijakan AS terhadap China—sekutu lama Korut. Presiden AS itu memuji Beijing karena ”membantu” Washington dengan memberlakukan sanksi terhadap Pyongyang.
”Dia (Presiden Xi Jinping) untuk China. Dan saya untuk AS,” papar Trump. ”Tapi kami sangat bagus, saya akan mengatakan hubungan yang luar biasa. Dan China benar-benar membantu kita. Sehubungan dengan Korea Utara.”
”China adalah ‘barang besar’,” imbuh dia. ”Xi telah mendapat kekuatan untuk melakukan sesuatu yang sangat signifikan sehubungan dengan Korea Utara.”
Komentar Presiden Amerika ini muncul hampir bersamaan dengan pihak Angkatan Udara AS yang sedang mempersiapkan diri untuk menempatkan kembali pesawat pembom nuklir dalam kondisi siaga 24 jam. Persiapan pemberlakukan kondisi ini baru pertama kali sejak Perang Dingin.
Pesawat B-52 yang sarat dengan senjata nuklir akan diposisikan untuk lepas landas kapanpun, dengan awak yang siaga di sebuah pangkalan di Louisiana.
Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal David Goldfein, mengatakan kepada Defense One soal persiapan itu.
Dia membenarkan kondisi itu diberlakukan pertama kalinya sejak Perang Dingin berakhir pada tahun 1991.
“Ini satu langkah lagi dalam memastikan bahwa kita siap,” katanya. ”Saya melihatnya lebih tidak merencanakan kejadian tertentu, tapi lebih untuk realitas (terhadap) situasi global yang kita hadapi dan bagaimana kita memastikan bahwa kita siap maju,” ujarnya.
Jenderal Goldfein, yang juga anggota Kepala Staf Gabungan yang bertugas sebagai penasihat Trump, menambahkan bahwa perintah siaga 24 jam itu belum diberikan. Namun, kata dia, Angkatan Udara AS sedang mempersiapkannya.(snd)