16 jam yang lalu
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden terpilih AS Donald Trump mengancam negara-negara BRICS dengan tarif 100% jika mereka memutuskan untuk tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan.
Trump menegaskan bahwa dedolarisasi atau peluncuran mata uang dan sistem pembayaran baru untuk menggantikan dolar AS akan dibalas dengan tarif 100% untuk barang-barang yang masuk ke pasar AS.
Jika tarif ini diberlakukan, negara-negara BRICS akan mengalami kesulitan karena sektor impor dan ekspor mereka akan terpukul.
Menyusul ancaman tarif 100% dari Trump, negara-negara BRICS bereaksi terhadap perkembangan tersebut. Sementara, beberapa anggota meragukan tarif tersebut dapat diberlakukan, yang lain tetap berhati-hati agar tidak membuat marah Donald Trump.
Tindakan diplomasi yang menyeimbangkan kini mulai terlihat dan bagaimana mereka menavigasi empat tahun ke depan akan menentukan keberhasilan agenda dedolarisasi. Anggota BRICS, Rusia, mengatakan bahwa ancaman Trump akan menjadi bumerang karena aliansi ini berkomitmen untuk mencabut dominasi dolar AS.
"Semakin banyak negara yang beralih ke penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan dan aktivitas ekonomi luar negeri mereka," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dilansir dari Watcher Guru, Rabu (4/12/2024).
Juru bicara ini mengatakan bahwa negara-negara BRICS akan bersatu lebih kuat jika Trump menambah tekanan ekonomi lebih lanjut pada aliansi ini.
"Jika AS menggunakan kekuatan, seperti yang mereka katakan, kekuatan ekonomi, untuk memaksa negara-negara menggunakan dolar, hal ini akan semakin memperkuat tren peralihan ke mata uang nasional," ujar Peskov.
Di sisi lain, anggota BRICS, India, juga tetap skeptis terhadap ancaman tarif 100% Trump. Lembaga think tank GTRI mengatakan bahwa pengenaan tarif secara tidak sengaja akan membuat barang-barang konsumsi menjadi lebih mahal bagi konsumen AS. Sementara, sektor ekspor dan impor akan memanas, pada akhirnya para penjual akan membebankan pajak pada konsumen.(des)