Selasa, 30 Mei 2017 15:50 WIB

Kemenpora Berikan Solusi Cegah Aksi Radikalisme

Editor : Yusuf Ibrahim
Staf Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga Bidang Politik, Yuni Poerwanti. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Staf Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga Bidang Politik, Yuni Poerwanti, mengaku sangat prihatin menyikapi bahaya radikal yang mengancam keutuhan NKRI.

Dia menyarankan, keluarga mengajarkan putra-putrinya untuk melakukan bela negara yang benar yang sesuai dengan Pancasila. Dalam pandangnya, konflik di Tanah Air sudah mulai terasa sejak berlangsungnya Pilgub DKI 2017. Dari sana, konflik SARA semakin meluas hingga aksi geng motor makin marak di Jakarta dan wilayah sekitarnya. Aksi radikal anggota geng motor tersebut dilakukan secara acak, hanya untuk menunjukkan eksistensi kelompoknya.

“Kita melihat sekarang ini banyak anak-anak remaja mengalami Kuper (kurang perhatian) dari orang tua dengan sangat terbatasnya kesempatan bersama mereka. Saya mengajak semua keluarga Indonesia: Kebiasaan Bela Negara adalah tugas kita semua harus dimulai dari keluarga. Mari kita manfaatkan momentum ramadhan ini untuk dijadikan momen tepat untuk saling instropeksi diri,” ujar Yuni Poerwanti, di Jakarta, Selasa (30/05/2017) siang.

Menurutnya, mempersatukan bangsa yang semakin terkoyak oleh aksi radikalisme, dapat dijaga dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat adalah keluarga. Kasih Sayang, perhatian dan kontrol orang tua dapat mengikis permasalahan-permasalahan yang kita hadapi sekarang ini.

“Penanganannya dengan gotong royong (sinergi) antara pemerintah dengan keluarga. Orang tua harus mampu menjadi model, memberikan contoh, dan memotivasi, yang buahnya adalah kararter,” tandasnya.

"Jika pondasi keluarga kokoh, kuat, maka bangunan di atas berdiri tegak, awet dan tahan terhadap goncangan apapun. Jika keluaraga mampu menerapkan perannya secara optimal, maka persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia terjaga dan terjamin," imbuhnya.

Selanjutnya yang perlu dijaga dan dikembangkan adalah kepedulian lingkungan tempat tinggal oleh para pemangku. Jadilah orang tua yang peduli terhadap perkembangan anak-anaknya. Remaja, pemuda adalah pemilik masa depan aset keluarga sekaligus aset bangsa dan Negara. Orang tua pemilik masa lalu.

“Ayo” keluarga ibukota harus bergairah mencapai ridho Allah, mampu memberi contoh. Bermacam cara positif yang dapat dilakukan salah satunya tingkatkan kontrol kepada anak-anak kita masing-masing. Kalo kita lengah, kitalah yang mengalami kerugian, bukan siapa-siapa. Eksistensi keluarga ditentukan oleh keluarga itu sendiri.

Jika ibu kota seperti sekarang ini, maka dikhawatirkan akan berdampak ke daerah. Pemerintah tidak ingin NKRI pecah karena ego sekelompok tertentu. Apa perlu ada aturan khusus tentang sanksi terhadap siapapun yang menggerogoti Ideologi Negara Pancasila dan pemecah belah keutuhan NKRI? Jika itu dilakukan oleh anak dibawah umur maka orang tuanya yang menanggung sanksi.

Apabila kebiasaan bela negara tersebut sudah terbentuk dari keluarga, maka persatuan dan kesatuan menjaga ideologi Pancasila yang berlandaskan UUD 1945, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) insya Allah negeri yang damai dan bersatu terwujud, meski pada awalnya ada yang tidak suka dan lebih memilih tidak perduli.

Selain di lingkungan keluarga, sekolah/satuan pendidikan juga wajib untuk mendorong kebiasaan aktivitas sehat. Kasih sayang para pendidik memberikan kontribusi tumbuh kembangnya psikologi dan mental peserta didik. Justru tidak lazim jika ada guru/pendidik yang “cuek”.

Institusi pendidikan perlu terus meningkatkan peran sebagai lembaga pendidik bukan hanya sebatas pada mengajar saja, inipun juga perlu ditingkatkan supervisinya oleh yang berwenang.

Kebiasaan aktivitas bugar dengan berolahraga yang dilengkapi fasilitas juga perlu ekstra perhatian oleh lembaga pendidikan sesuai yang diamantkan oleh Undang_Undang Keolahragaan dan
Peraturan Pemerintah yang harus kita semua patuhi.

Hal ini, untuk memberikan ajang ujuk diri para ABG, dalam mengisi waktu luang di sekolah. Selain itu, guru juga benar-benar harus mampu menjadi role model dan panutan bagi peserta didiknya untuk meraih badan yang sehat tentu terdapat jiwa yang kuat.(exe/is)


0 Komentar