JAKARTA, Tigapilarnews.com- Penataan DKI Jakarta di bawah pimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai amburadul.Alih-alih ingin menata yang terjadi justru penyingkiran terhadap masyarakat Jakarta. Penilaian ini disampikan sejarawan Betawi, JJ. Rizal, dalam diskusi Membedah Jakarta yang digelar di Posko Jakarta Pilih Anies Sandi (JakPAS) di Jalan Bonang No 1, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/12/2016).JJ Rizal mengatakan, rencana reklamasi di Pantai Utara Jakarta tak memiliki keuntungan untuk Jakarta. Pembangunan reklamasi hanya bisa dimanfaatkan untuk kalangan menengah atas.Sementara untuk kalangan menengah bawah akan terus tergerus. Membangun Jakarta, lanjut Rizal, tak perlu harus paham."Contohnya mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, yang tidak paham betul dengan kebudayaan Jakarta. Namun, Bang Ali mampu mendengarkan sejumlah omongan orang. Karena itu, penataan dan kebudayaan Jakarta terjadi. Bang Ali kemudian menjadi besar karena orang Jakarta yang begitu bangga," kata Rizal dalam diskusi tersebut.Sementara lanjut Rizal, Ahok enggan mendengarkan omongan orang. "Mulutnya yang besar cenderung menimbulkan konflik. Karena itu masalah selalu muncul dimasa kepemimpinannya," ucapnya.Rizal menuturkan, salam perjalanan pembangunan Jakarta, peran Presiden Soeharto sangat lebih baik. Presiden Soeharto mampu menciptakan dan melestarikan beberapa gedung sejarah, termasuk merevitalisasi Museum Fatahillah yang saat ini tersohor.Rizal mengungkapkan, saat ini di bawah kepemimpinan Ahok, keadilan masyarakat tak terjadi. Pemerataan kesejahteraan semakin tak seimbang.Kemudian persoalan penataan, Rizal menilai semua menjadi amburadul karena beberapa kawasan menjadi tergusur. "Ini bukan menata, tetapi menyingkirkan," katanya Rizal.(exe/ist)