Sabtu, 02 Januari 2021 12:54 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terus menolak untuk menyerah kalah dari Joe Biden yang berdasarkan suara populer dan Electoral College telah memenangkan kursi di Gedung Putih.
Trump terus menentang hasil pemilihan presiden (pilpres) di pengadilan sambil mengklaim adanya penipuan besar-besaran dalam pemilu.
Terbaru, Trump mengumumkan aksi unjuk rasa "Hentikan Pencurian" di Washington pada 6 Januari mendatang. Aksi demonstrasi itu bertepatan dengan sidang bersama di Kongres AS untuk mengesahkan hasil pilpres.
Trump pertama kali menyinggung aksi protes 6 Januari pada cuitannya pada 19 Desember lalu. Saat itu ia mengatakan tentang aksi demonstrasi besar-besaran yang akan datang di Washington dan mendesak para pengikutnya untuk menghadirinya.
Ia bahkan menambahkan bahwa aksi protes itu akan liar. Namun, tweet itu kemudian dihapus tak lama setelah ia mempostingnya. Setelah tweet awal dihapus, Trump memposting yang identik beberapa menit kemudian.
Mengumumkan aksi protes pada 6 Januari, Trump dalam tweetnya memposting bahwa sejumlah besar bukti akan disajikan pada hari itu, menggandakan klaimnya bahwa dia telah memenangi pilpres.
"Sejumlah besar bukti akan disajikan pada tanggal 6. Kami menang, BESAR!," kata Trump dalam tweetnya.
Trump, bersama dengan beberapa sekutu Partai Republik, telah memprotes hasil pemilu. Mereka mengklaim telah terjadi penipuan besar-besaran selama pemilu dan menjuluki Joe Biden, yang menerima mayoritas suara populer dan suara dari Electoral College, "presiden palsu."
Perwakilan Partai Republik, Mo Brooks, memimpin inisiatif untuk menolak sertifikasi hasil pemilu di Kongres. Setidaknya satu Senator, Josh Hawley, mengumumkan pada hari Kamis bahwa dia akan menolak sertifikasi, sementara yang lain, Senator Partai Republik yang terpilih Tommy Tuberville, mengatakan dia sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mendukung inisiatif tersebut.
Wakil Presiden Mike Pence, yang akan memimpin sidang bersama, menolak untuk bergabung dengan inisiatif tersebut. Pada hari Kamis, Pence meminta hakim federal untuk menolak mosi yang diajukan oleh Perwakilan Partai Republik Louie Gohmert, di mana yang terakhir berusaha untuk membuktikan bahwa Pence memiliki hak untuk menentukan suara elektoral mana yang akan dihitung selama peninjauan kongres.
“Penggugat telah mengajukan mosi darurat kepada Pengadilan ini yang mengangkat sejumlah masalah hukum yang berat tentang cara penghitungan suara pemilihan untuk Presiden," kata Pence dalam menanggapi gugatan tersebut.
Tapi gugatan para penggugat ini bukanlah sarana yang tepat untuk menangani masalah-masalah tersebut karena penggugat telah menggugat tergugat yang salah,” imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (2/1/2021).
Pada 14 Desember 2020, Electoral College memberi Joe Biden 306 suara, dengan Donald Trump menerima 232. Trump, bagaimanapun, tampaknya tetap berkomitmen untuk menolak untuk menyerah. Ia terus menyatakan bahwa pemilihan itu dicurangi dan bahkan tidak cocok untuk negara dunia ketiga.(roy)