Senin, 09 November 2020 13:37 WIB

Trump Tolak Kalah, Biden-Harris Mulai Transisi Kekuasaan

Editor : Yusuf Ibrahim
Joe Biden bersama Kamala Harris. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengambil langkah pertama pada Minggu (8/11/2020) untuk mengambil alih Gedung Putih 73 hari dari sekarang.

Tetapi, Presiden Donald Trump tidak menunjukkan tanda-tanda siap untuk mengakui kekalahan dan terus menabur keraguan tentang hasil pemilihan presiden (pilpres).

Saat ucapan selamat mengalir dari para pemimpin dunia dan para pendukung yang "mabuk kemenangan" setelah hari perayaan yang riuh, Biden, 77, dan wakil presiden terpilih Kamala Harris, 56, meluncurkan situs web transisi, BuildBackBetter.com, dan feed Twitter, @Transition46

Ketika Trump menolak untuk mengakui hasil pilpres dan sebagian besar anggota parlemen Republik mengadopsi sikap diam, mantan presiden George W Bush mengatakan "hasilnya jelas".

Bush, 74, satu-satunya mantan presiden Republik yang masih hidup, mengatakan dia telah menelepon Biden dan Harris sebagai "presiden dan wakil presiden terpilih AS" untuk menyampaikan selamat.

Saat Trump memiliki hak untuk meminta penghitungan ulang suara pilpres dan mengejar gugatan hukum, Bush mengatakan; "Rakyat Amerika dapat memiliki keyakinan bahwa pemilihan ini pada dasarnya adil, integritasnya akan ditegakkan, dan hasilnya jelas."

"Meskipun kami memiliki perbedaan politik, saya tahu Joe Biden adalah orang baik, yang telah memenangkan kesempatannya untuk memimpin dan mempersatukan negara kami," kata Bush dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Senin (9/11/2020).

"Kita harus bersatu demi keluarga dan tetangga kita, dan untuk bangsa dan masa depan kita."

Situs web transisi mencantumkan empat prioritas untuk pemerintahan yang dipimpin oleh mantan wakil presiden Barack Obama tersebut, yakni COVID-19, pemulihan ekonomi, kesetaraan rasial, dan perubahan iklim.

"Tim yang dibentuk akan menghadapi tantangan ini pada Hari Pertama," katanya mengacu pada 20 Januari 2021, ketika Biden akan dilantik sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat.

Biden, yang berulang tahun ke-78 pada 20 November, adalah orang tertua yang pernah terpilih berkuasa di Gedung Putih. Harris, 56, senator junior dari California, adalah wanita pertama dan orang kulit hitam pertama yang terpilih sebagai wakil presiden.

Biden berencana untuk menunjuk satuan tugas pada hari Senin untuk mengatasi pandemi virus corona yang telah menyebabkan lebih dari 237.000 orang meninggal di Amerika Serikat dan kasus infeksi melonjak di seluruh negeri. 

Dia juga telah mengumumkan rencana untuk bergabung kembali dengan kesepakatan iklim Paris dan dilaporkan akan mengeluarkan perintah eksekutif pada hari pertamanya yang membatalkan larangan perjalanan oleh Trump untuk sebagian besar negara Muslim.

Biden telah berjanji untuk menunjuk kabinet yang mencerminkan keragaman negara meskipun ia mungkin mengalami beberapa kesulitan mendapatkan persetujuan Senat untuk orang yang diangkat lebih progresif jika Partai Republik mempertahankan kendali Senat—hasil yang akan bergantung pada dua kompetisi putaran kedua pemilu di Georgia pada bulan Januari.

Biden, setelah John F Kennedy, yang menjadi orang Katolik kedua yang terpilih sebagai presiden AS, tela menghadiri gereja Minggu pagi di kampung halamannya di Wilmington, Delaware, dan mengunjungi kuburan putranya, Beau Biden, yang meninggal karena kanker otak pada 2015, dan makam istri pertama dan putrinya yang meninggal dalam kecelakaan mobil tahun 1972.

Sedangkan Trump, 74, sedang bermain golf pada hari Minggu di lapangannya di dekat Washington, tempat yang sama di mana dia berada pada hari Sabtu ketika jaringan televisi AS menyampaikan berita bahwa Biden telah mendapatkan cukup suara Electoral College untuk menang.

"Sejak Lamestream Media menyebut siapa presiden kita selanjutnya?," Trump mengeluh dalam tweet pada hari Minggu.

Ibu Negara Melania Trump juga menyela, dengan men-tweet: "Rakyat Amerika pantas mendapatkan pemilihan yang adil. Setiap suara legal—bukan ilegal—harus dihitung."

Tim kampanye Trump telah meningkatkan gugatan hukum terhadap hasil pilpres di beberapa negara bagian, tetapi sejauh ini tidak ada bukti yang muncul tentang penyimpangan luas yang akan memengaruhi hasil.(mir)


0 Komentar