Kamis, 17 September 2020 11:54 WIB

Persaingan Vaksin Corona di Negara Adidaya Semakin Sengit, China Miliki Empat Kandidat

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi vaksin virus corona. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilanews.com- Tak lama setelah Rusia mengumumkan menemukan vaksin virus corona Sputnik V, China menyusul dengan pengumuman serupa.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China menyatakan vaksin tersebut dapat segera diproduksi dan diakses masyarakat umum secepat-cepatnya pada November mendatang.

China yang menjadi pusat awal wabah Covid-19 telah memiliki empat kandidat vaksin Covid-19 yang berhasil memasuki tahap akhir uji klinis. Sedikitnya tiga dari empat kandidat vaksin itu sudah digunakan petugas kesehatan dalam program gawat darurat pada Juli lalu. Menurut CDC, uji klinis tahap tiga juga berjalan dengan baik dan lancar.

“Vaksin itu kemungkinan tersedia bagi masyarakat umum pada November atau Desember,” ujar Kepala Ahli Keselamatan Biologi CDC China, Guizhen We, dikutip Reuters. Dia sendiri berpartisipasi dalam uji coba vaksin dan mengaku tidak mengalami gejala apa pun. Namun, Wu tidak memaparkan vaksin mana yang berhasil lolos uji klinis tahap tiga.

Perusahaan farmasi raksasa China, China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dan Sinovac Biotech telah berhasil mengembangkan tiga vaksin berbeda di bawah program pemerintah. Adapun vaksin keempat dikembangkan CanSino Biologics. Vaksin tersebut telah digunakan tenaga kesehatan militer China sejak Juni.

Sebelumnya, Sinopharm pernah menyatakan vaksin mereka siap digunakan masyarakat umum pada akhir tahun ini setelah uji klinis tahap tiga selesai. China berupaya mempercepat pengembangan vaksin untuk melindungi rakyatnya dari virus mematikan itu. Sedikitnya 925 ribu orang tewas akibat terinfeksi Covid-19 dan komplikasi penyakit.

China telah membangun pabrik vaksin terbesar di dunia yang dapat memproduksi hingga 100 juta dosis vaksin virus Covid-19 dalam setahun. Fourth Construction Co., Ltd. of China Electronics System Enginering telah sukses membangun fasilitas itu dengan meraih sertifikat bio-safety level 3 (BSL-3).


BSL-3 merupakan fasilitas tingkat tinggi yang melibatkan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan penyakit mematikan hanya dengan mengirupnya, seperti SARS dan MERS. Biasanya, BSL-3 tidak hanya disematkan pada pabrik vaksin, tapi juga fasilitas serupa lainnya mulai dari penelitian, diagnosis, ataupun klinis.

Fourth Construction Co., Ltd. of China Electronics System Enginering merupakan satu dari beberapa perusahaan yang membangun pabrik vaksin tersebut. Perusahaan yang berkantor pusat di Hebei itu lebih fokus pada pembangunan struktur, rancangan baja, rancangan air conditioner (AC), sistem air, dan udara.

Pada April, Sinovac Biotech Ltd yang juga berasal dari China memulai pengujian klinis vaksin Covid-19. Mereka menyatakan berencana membangun pabrik baru tahun ini setelah memperoleh dana pinjaman dan lahan. Seperti dilansir Reuters, Sinovac telah berharap bisa memproduksi ratusan juta vaksin per tahun.

“Jika pengembangan vaksin itu tidak berhasil, bangunan ini dapat digunakan untuk memproduksi vaksin yang lain,” ungkap Sinovac.

Sinovas telah berhasil membebaskan lahan seluas lebih dari 70.000 meter di distrik Daxing, Beijing. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada delapan kandidat vaksin.

Ilmuwan di seluruh dunia telah berlomba untuk mengembangkan vaksin corona, baik yang bekerja di perusahaan farmasi Asia, Eropa, ataupun Amerika. Penelitian terhadap anti-Covid-19 itu juga didukung pemerintah dan investor yang menggelontorkan dana hingga ratusan juta dolar AS.

Komisi Eropa yang meminta bantuan perusahaan bioteknologi asal Jerman, CureVac, menanamkan modal hingga 80 juta euro untuk mendukung penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, berharap vaksin itu akan dapat tersedia tahun ini, namun hal itu tidak mudah.

WHO memprediksi penelitian dan pengembangan vaksin setidaknya membutuhkan waktu 18 bulan sebelum bisa digunakan di dalam tubuh manusia. Sebelumnya, CureVac diisukan menerima penawaran eksklusif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tapi isu itu dibantah.

Ilmuwan AS juga mulai mengembangkan vaksin. Institut Penyakit Menular dan Alergi Nasional AS (NIAID) dilaporkan akan melakukan uji coba vaksin tersebut terhadap 45 orang sehat dalam enam pekan ke depan. Setiap partisipan akan mendapatkan dua kali suntikan dengan dosis yang beragam dan waktu berbeda.

Uji coba itu merupakan bagian dari studi pengembangan vaksin corona untuk mengetahui bagaimana sistem imun akan bereaksi, sekaligus mengetahui keamanannya. Jika terbukti bekerja efektif, para ilmuwan akan melanjutkannya dan mungkin melakukan berbagai uji coba lainnya dalam beberapa bulan ke depan.

“Menemukan vaksin yang efektif dan aman untuk mencegah penularan Covid-19 merupakan prioritas kami,” kata Direktur NIAID Dr. Anthony Fauci dalam keterangan pers dikutip CNN. “Studi fase 1 ini merupakan langkah yang penting untuk dapat mencapai target tersebut mengingat wabah Covid-19 kian meluas," katanya.

Pengembangan vaksin tersebut digarap Kaiser Permanente Washington Health Research Institute dan didanai NIAID di Seattle, Washington, AS. Menurut NIAID, vaksin itu menggunakan material genetik yang dikenal di kalangan pakar sebagai RNA dan dikembangkan ilmuwan NIAD dan Moderna beberapa tahun lalu.

Studi ini bisa berlangsung lebih cepat mengingat struktur genetik corona mirip dengan virus SARS. Selain itu, NIAID sudah berpengalaman mengamati virus corona lainnya, seperti MERS. Namun, sama seperti virus HIV, sampai sekarang vaksin untuk menangkal virus tersebut belum ada yang bekerja efektif.(roy)


0 Komentar