Kamis, 16 Juli 2020 11:11 WIB

Guardiola Nilai Tuduhan Klopp dan Mourinho Tak Mendasar dan Sudah Dibuktikan di Pengadilan

Editor : Yusuf Ibrahim
Pep Guardiola. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Terbebasnya Manchester City (Man City) dari ancaman sanksi dua tahun tidak boleh berpartisipasi di Liga Champions, setelah bandingnya diterima pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), menuai reaksi keras, terutama dari para rivalnya di Liga Primer.

Bos Liverpool Juergen Klopp dan Pelatih Tottenham Hotspur Jose Mourinho paling vokal mengkritisi keuntungan yang didapat The Citizens. Klopp, misalnya. Pelatih yang sukses mempersembahkan gelar Liga Primer bagi Liverpool musim ini tersebut mengatakan terhindarnya Man City dari sanksi bukanlah hari yang baik untuk sepak bola.

Juru taktik Jerman itu mengatakan bahwa ancaman yang diciptakan masa depan financial fair play (FFP) oleh keputusan CAS pada akhirnya dapat melihat orang atau negara terkaya berdatangan ke kompetisi elite tanpa terdeteksi. 

"Ini sedikit mirip F1 jika Anda membuka pintu ke jet pribadi dan Anda melihat siapa yang lebih cepat, pesawat itu akan menang. Jika mobil dengan cara tertentu, pengemudi terbaik yang menang. Ini tentang kompetisi. Ada beberapa aturan dan kita harus berusaha mematuhinya,” kata Klopp, dilansir Daily Mail.

Meski merasa senang dan tidak gentar, Man City tetap berpartisipasi di Liga Champions musim depan. Klopp menilai adalah sebuah keharusan bagi klub mana pun untuk menaati peraturan dalam hal ini FFP. Dia mengingatkan pembiaran ataupun pelanggaran terhadap FFP akan membuat masa depan sepak bola suram.

“FFP adalah ide bagus. Ini memberi setidaknya jenis perbatasan tempat Anda bisa pergi. Saya pikir itu bagus untuk sepak bola, jika tidak ada yang harus peduli lagi sama sekali dan orang-orang atau negara-negara terkaya dapat melakukan apa yang mereka inginkan dalam sepak bola,” sambung Klopp.

Senada dengan Klopp, Mou juga tidak kalah pedas melontarkan kritik. The Special One mengaku terkejut mengapa CAS tidak menjatuhkan sanksi terhadap Man City. Dia mengatakan jika Man City bersalah cukup pantas mendapat denda, sanksi semula seharusnya sudah berlaku.

Mantan bos Chelsea dan Manchester United (MU) itu khawatir FFP tidak lagi cocok untuk tujuan tertentu. Dengan begitu, itu sulit melihat bagaimana peraturan dapat dikeluarkan ketika ada celah yang jelas untuk dieksploitasi. Menurut dia, dalam kasus ini adalah keputusan yang memalukan karena jika Man City tidak bersalah, Anda tidak dihukum dengan 10 juta poundsterling.

“Jika tidak bersalah, Anda seharusnya tidak memiliki denda. Jika mereka bersalah, keputusan itu juga memalukan dan Anda harus dilarang ikut kompetisi. Saya tidak tahu apakah Man City bersalah atau tidak, tapi itu keputusan yang memalukan," kata Mou, menyindir.

Serangan dari Klopp dan Mou rupanya membuat Pelatih Man City, Pep Guardiola berang. Berbicara pertama kalinya setelah banding The Citizens diterima CAS yang membuat mereka terbebas dari sanksi, Senin (13/7), Guardiola menilai tuduhan Klopp dan Mou terhadap timnya tidak mendasar dan itu dibuktikan di pengadilan.

Dia percaya CAS telah mengambil keputusan yang tepat. Guardiola menyinyalir delapan klub, yakni Liverpool, MU, Chelsea, Arsenal, Tottenham, Wolverhampton Wanderers, Leicester City, hingga Burnley bersatu agar Man City terkena sanksi sehingga posisi mereka bisa berpartisipasi di Liga Champions.

“Klopp, Mou, dan manajer lain harus tahu bahwa reputasi kami rusak (bahwa) dan kami harus minta maaf. Jangan pergi ke belakang (kami) dan mulai berbisik. Reputasi kami rusak. Orang-orang harus menerimanya. Orang-orang bilang kami curang dan berbohong. Anggapan tidak bersalah tidak ada di sana,” tandas Guardiola.

Pelatih asal Spanyol tersebut bahkan menuding para klub mapan seperti MU dan Liverpool telah terusik kehadiran Man City dalam beberapa tahun terakhir. Guardiola menegaskan cara terbaik adalah bersaing sehat di lapangan, bukan saling menjatuhkan di luar lapangan.

"Saya tahu untuk klub-klub elite—terutama Liverpool, (Manchester United, Arsenal— tidak nyaman berada di sini, tapi mereka harus memahami bahwa kami pantas bersama mereka, bersaing dengan mereka. Sama seperti delapan klub lainnya, kami ingin solusi. Namun, jangan pergi ke belakang dan berbisik,” sebut Guardiola.

Di sisi lain, terbebasnya Man City dari sanksi semakin mempertegas ampuhnya CAS bagi solusi klub terkait kasus FFP. Sebelumnya, ada AC Milan. Tim berjuluk I Rossoneri tersebut jorjoran belanja pemain hingga 10 pemain, termasuk Andre Silva dan Leonardo Bonucci.

Konsekuensinya, pada 2018, UEFA menjatuhi hukuman karena Milan melanggar aturan FFP, apalagi mereka gagal lolos ke Liga Champions dan pendapatan berkurang. Namun, CAS membantu Milan mengurangi hukuman tersebut. Hukuman tampil setahun Milan di kompetisi Eropa ditangguhkan dan mereka diperbolehkan tampil di Liga Europa.

Selain itu, UEFA memberikan sanksi kepada PSG atas pelanggaran FFP setelah melihat banderol gaji pemain dan harga transfer pemain. Kasus itu terkait dengan transfer Neymar sebesar 222 juta euro dari Barcelona pada 2017 serta Kylian Mbappe sebesar 180 juta euro dari AS Monaco.

Namun, Les Parisiens lolos dari sanksi UEFA setelah melakukan banding kepada CAS. PSG terhindar dari ancaman hukuman tampil di kompetisi Eropa pada 2019. Sementara Chelsea pernah membeli pemain asing berusia di bawah 18 tahun serta menggunakan pihak ketiga untuk bisa memuluskan langkah mendatangkan pemain baru.

Akibatnya, FIFA melarang Chelsea mendaftarkan pemain dalam dua bursa transfer pada Februari 2019. Chelsea sempat banding ke FIFA soal sanksi tersebut, tapi gagal. Pantang menyerah, The Blues pun mengajukan banding ke CAS pada November 2019 dan kemudian dikabulkan. Mereka pun kembali diperbolehkan mendatangkan pemain anyar.(ist)


0 Komentar