Sabtu, 03 Agustus 2019 18:20 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Plt Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Riki Arif Gunawan menganggap, kemajuan teknologi dan internet ibarat pisau bermata dua.
Kata Riki, di sisi lain kemajuan teknologi informasi bisa bermanfaat untuk masyarakat, namun di sisi lain dapat melukai masyarakat, jika dikaitkan fenomena kejahatan 'Child Grooming' dan kasus penyimpangan seksual dalam isu LGBT.
"Sebetulnya kita tidak pernah bertemu dengan orang (secara langsung) sehingga hanya bertemu melalui gadget, bagaimana kita yakin bahwa itu adalah orang yang dimaksud," kata Riki dalam diskusi MNC Trijaya FM bertajuk 'Child Grooming dan Darurat LGBT di Resto d'Consulate, Menteng, Jakarta, Sabtu (3/8/2019).
"Jadi ketidaktahuan kita di ujung sana artinya identitas di ujung sana kejahatan itu menjadi tumbuh besar di internet ini," imbuh dia.
Selain kondisi tersebut, lanjut Riki, fenomena kejahatan child grooming dan penyimpangan seksual dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat yang dianggap mudah percaya dengan informasi yang belum dipercaya kebenarannya.
Satu contoh, kata Riki, orang begitu percaya untuk menerima sambungan telpon dengan maksud yang bermacam-macam. Padahal orang itu satu sama lain tidak saling mengenal.
Menurutnya, budaya lama masyarakat ini masih ditambah dengan kehadiran alat komunikasi berupa Gadjet yang sekarang dengan mudah dimiliki masyarakat.
"Bahwa ternyata dengan kita memiliki gadget ini kita menjadi orang yang asik dengan gadget kita ini. Jadi asik dengan ini gak butuh sosialisasi. Teman kita ada di sini semua. Itu justru jadi pemicu juga, menjadi anak kita jadi korban. Karena dia tidak bersosialisasi," ungkapnya.(ist)