Kamis, 11 Juli 2019 12:46 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Akuisisi jet tempur siluman F-35 oleh Korea Selatan (Korsel) akan memaksa Korea Utara (Korut) untuk mengembangkan dan menguji persenjataan khusus untuk menghancurkan senjata baru.
Demikian laporan media pemerintah Korut, KCNA, mengutip seorang peneliti Pyongyang.
Dalam sebuah pernyataan, seorang direktur penelitian kebijakan yang tidak disebutkan namanya di Institut Studi Amerika Kementerian Luar Negeri Korut menyebut Korsel telah bertindak kurang ajar dan menyedihkan.
Seoul berteriak lantang tentang rekonsiliasi serta kerja sama antara utara dan selatan, namun di sisi lain membeli lebih banyak senjata dari Amerika Serikat (AS).
"Tidak ada ruang untuk keraguan bahwa pengiriman F-35A, yang juga disebut senjata mematikan yang tak terlihat, bertujuan untuk mengamankan supremasi militer atas negara-negara tetangga di kawasan itu dan terutama membuka gerbang untuk menyerang utara pada saat darurat di semenanjung Korea," kata pernyataan itu seperti dinukil Reuters dari KCNA, Kamis (11/7/2019).
"Kami, di pihak kami, tidak punya pilihan lain selain mengembangkan dan menguji persenjataan khusus untuk menghancurkan senjata mematikan yang diperkuat di Korea Selatan," sambung pernyataan itu.
Korsel menerima pengiriman dua jet F-35 pertamanya pada bulan Maret, dan jumlah lebih banyak dijadwalkan tiba tahun ini. Seoul telah setuju untuk membeli total 40 pesawat canggih itu, yang terakhir akan dikirim pada tahun 2021.
Kritik terbaru Korut terhadap akuisisi militer Korsel sebagai tindakan yang sangat berbahaya yang akan memicu reaksi muncul ketika hubungan antar-Korea terhenti.
Pemimpin Korsel Moon Jae-in ditinggalkan di sela-sela pertemuan antara pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump di perbatasan antar-Korea pada bulan Juni, dan ada beberapa tanda bahwa hubungan telah membaik.
"Pihak berwenang Korea Selatan lebih baik menyadarinya sebelum terlambat, menghancurkan ilusi tidak masuk akal bahwa kesempatan akan datang untuk meningkatkan hubungan antar-Korea jika mereka mengikuti jejak Amerika Serikat," demikian bunyi pernyataan itu.(exe)