Kamis, 06 September 2018 21:07 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Polisi, TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) gencar melakukan patroli di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat. Bahkan, patroli yang kerap dilakukan petugas gabungan itu membuat preman di Kota Tua kabur.
Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua, Norvi S. Husudo memastikan bila kawasannya bebas dari aksi premanisme. Pemalakan, penodongan dan perampasan tidak terjadi. Karena itu dirinya memastikan kota aman untuk pengunjung.
"Saya yang bertanggung jawab. Dan saya pastikan premanisme tidak ada," kata Norvi di Jakarta, Kamis (6/9/2018).
Norvi menjelaskan dalam menjaga kawasan kota tua, khusus Taman Fatahilla. Petugas keamanan pun ditebar di beberapa titik masuk, mulai dari Jalan Kunir, lorong virgin, lorong budaya dan jalan pos Indonesia. Akses masuk kian terbatas lantaran penjagaan ketat dilakukan di kawasan itu.
Tak hanya itu, dibeberapa lokasi lain, seperti Jalan Kalibesar Timur dan kawasan Taman Apung, penjagaan diperketat. Preman tak terlihat di kawasan itu. Bahkan Norvi memastikan akan menindak tegas setiap pelaku yang berbuat onar dan menyerahkan ke polisi.
Norvi menegaskan setiap malamnya seluruh pengunjung pun diminta untuk mengosongkan kawasan Kota Tua, namun pengosongan ini, lanjut Norvi bukan karena aksi premanisme, melainkan membersihkan kawasan Kota Tua.
"Dimulai woro-woro, pukul 23.00-01.00 WIB dibersihkan oleh petugas sif tiga. Pukul 06.00-07.00 WIB diangkut truk pengangkut sampah dari dinas kebersihan," kata Norvi.
David (30), salah seorang mantan seniman di kawasan Kota Tua mengakui kondisi preman kali ini jauh lebih baik. Bahkan dirinya memastikan Kota Tua bebas dari premanisme.
David sendiri mengakui dirinya hampir berduel dengan salah seorang preman Kota Tua, Galang. Galang merupakan dedengkot Kota Tua yang mengkoordinir preman di kawasan itu. Kini setelah aksi premanisme yang dilakukan polisi, Galang dan anak buahnya tak terlihat.
"Kejadiannya sekitar 2013 lalu. Sejak itu saya berteman dengan dia, dan kami akrab. Saya tidak tahu nasibnya, saat ke Kota Tua, dia dan beberapa orangnya tak terlihat," ucapnya.
Seorang fotographer lepas, Dede (34), mengakui kondisi Kota Tua kian lebih baik. Antisipasi yang dilakukan polisi berbuah hasil, premanisme dan pungli tak lagi terjadi.
Dahulu saat meniti karir pertengah 2012 sebagai Fotographer prewedding, Dede mengakui kota dipenuhi pungli. Setiap kali menjadikan kawasan Kota Tua sebagai 'spot' poto dirinya kerap diminta uang Rp500 ribu untuk keamanan.
"Lokasinya di depan toko merah. Orangnya berambut gondrong dan suka menyeberang ke kawasan Kali Besar dan Taman Fatahilla," ucapnya.
Bersama dengan sejumlah anak buahnya, Dede menyampaikan pria berambut gondrong itu menebar teror mereka kemudian mengganggu setiap acara prewedding.
"Memang setelah diberikan, mereka tidak mengganggu tapi mengamankan kami. Caranya itu yang kami kecewakan," kata Dede.
Mengenai kondisi kini, Dede mengakui, awal tahun 2018 keberadaan pria gondrong tak terlihat. Ia pun kemudian bebas berfoto prewedding, karir Dede sukses, setiap bulanya, ia bisa meratakan pemotretan di Kota Tua bisa delapan kali.
Kapolsek Metro Taman Sari, AKBP Rully Indra Wijiyanto mengatakan pihaknya berkomitmen dalam memberantas premanisme. Ia mengataka,n operasi rutin bersama antara TNI dan Satpol PP dilakukan pihaknya dengan melingkari kawasan Kota Tua, mulai dari Glodok, Jalan Kunir, Jalan Cengkeh, hingga Stasiun Jakarta Kota.
Dalam penindakan itu, Rully memastikan, kawasan Kota Tua bebas premanisme. "Kami juga mengawasi, buktinya ada pos pol di situ, fungsinya menjaga kawasan Kota Tua," kata Rully.
Rully memastikan hingga kini kondisi Kota Tua aman dari premanisme. Namun dirinya memastikan kondisi itu tak membuat lengah, karena itu penyebaran polisi baju preman di tebar di beberapa titik.
Termasuk menindak segala kejadian. Rully meminta peran aktif masyarakat dilakukan. "Setiap ada kejadian, masyarakat diminta melapor, kami akan langsung menindak," tutupnya.(exe/ist)