Jumat, 06 Juli 2018 13:18 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kepada seluruh bupati di Indonesia agar bisa menyadari serta mengantisipasi perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Hal itu diungkapkannya saat membuka Rakernas Asosiasi Pemerintah Bupati Seluruh Indonesia (Apkasi) ke XI di ICE BSD, Banten, Jumat (06/07/2018).
Jokowi bilang, semua bupati di Indonesia harus bisa memahami perubahan besar yang sedang terjadi di dunia, yakni revolusi industri 4.0 atau yang disebut digitalisasi.
"Kecepatan itu 3.000 kali lipat dibandingkan revolusi industri pertama. Artinya akan ada perubahan yang cepat, ini yang harus kita sadari, antisipasi, dari pusat, kabupaten, kota harus menyadari ini, kalau tidak kita ingin dilindas oleh perubahan zaman yang cepat," kata Jokowi.
Di era digitalisasi yang sekarang tengah berjalan, banyak teknologi yang secara tidak langsung bisa mengancam eksistensi orang. Seperti halnya 3D printing yang bisa membangun rumah hanya dalam waktu 24 jam.
"Sudah terjadi, dulu kita banyak uang pakai cash, ganti lagi pakai kartu kredit, sekarang sudah berubah lagi dengan e-money. Dengan gawai kita, dengan smartphone kita, bisa bayar di semua gerai, di semua pasar, di semua mal, kecepatan seperti ini yang kita sadari," ujar dia.
Perkembangan digital ini, kata Jokowi, jika tidak cepat disadari dan diantisipasi akan melanda ke semua sektor.
Mantan Wali Kota Solo ini menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Sillicon Valley di Amerika Serikat (AS), lokasi yang menjadi markas Facebook, Google, Twitter itu memiliki banyak teknologi nan canggih.
Pada saat berkunjung ke markas Facebook, Jokowi diajak menjajal teknologi yang menyajikan sebuah permainan olahraga pingpong namun tanpa meja, bola, serta raketnya. Bahkan, teknologi seperti ini akan berkembang dan bisa digunakan untuk olahraga lainnya seperti sepak bola dan tenis. "Inilah perubahan yang kita hadapi," kata Jokowi.
Dengan pengalamannya tersebut, Jokowi mengajak seluruh bupati di Indonesia agar tidak terjebak lagi dengan rutinitas yang selama ini dilakukan.
"Kalau kita rutinitas, masih monoton, ini yang menyebabkan daya saing kita rendah, dan kita ditinggal oleh negara lain," tutup dia.(exe/ist)