Kamis, 24 Mei 2018 10:47 WIB

Parpol Pendukung Jokowi Siap Lawan Manuver Gerindra-PD-PKS-PAN

Editor : Rajaman
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Partai Gerindra, PKS, PAN dan PD dikabarkan siap berkoalisi untuk melawan Jokowi di Pilpres 2019.

Menanggapi manuver politik itu. Parpol pendukung Jokowi menyatakan tak gentar dan siap melawan serangan atau manvuer tersebut.

Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menyatakan keempat parpol tersebut masih berwacana dan belum mendeklarasikan bentuk koalisinya.

"PDI Perjuangan mana pernah gentar. Soeharto saja kita lawan. Sudah terlalu banyak pengalaman dalam kehidupan berpolitik di republik ini," kata Andreas saat dikonfirmasi, Kamis (24/5/2018).

PDIP, kata dia, tidak mempermasalahkan manuver Gerindra-PD-PKS-PAN. PDIP menegaskan Jokowi sudah memberikan bukti melalui kerja nyata, bukan wacana. 

"PDIP tidak ada masalah hal tersebut. Apalagi yang dilakukan ini baru tahap wacana. Sementara Jokowi sudah bekerja dan bekerja. Jadinya, wacana vs kerja nih. Tinggal rakyat yang akan memilih," tutur Andreas.

Hal senada juga dikatakan Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan tak perlu risau dengan manuver keempat parpol tersebut.

"Partai Golkar sendiri masih konsisten untuk mendukung Pak Jokowi sebagai Capres 2019 tanpa terganggu dengan manuver-manuver yang dilakukan partai partai lainnya," ujar Ace.

Golkar menganggap keempat parpol tersebut masih melakukan penjajakan awal. Golkar yakin, salah satu dari keempat parpol itu tengah berkomunikasi dengan koalisi Jokowi.

"Partai Golkar masih meyakini bahwa salah satu di antara keempat partai tersebut masih secara intens melakukan komunikasi politik dengan partai kami. Jadi, masih sangat cair," kata Ace.

Tantang Deklarasi

Sementara itu, Sekjen Partai NasDem Jhonny G Plate justru menantang keempat parpol itu untuk deklarasi serta buka program apa saja akan dijadikan landasan koalisi tersebut.

Iya deklarasikan dulu, belum deklarasi ini kan masih cair, yang paling penting deklarasi dulu dan memenuhi syarat-syarat yang diamanatkan oleh UU untuk result presiden. Pastikan dulu siapa capres cawapresnya. Pastikan dulu apa programnya yang bisa disandingkan dengan Pak Jokowi selama ini bisanya cuman kritisi program Jokowi tapi program sendiri belum ada belum disampaikan ke publik," kata Jhonny.

Johnny menilai keinginan berkoalisi itu baru sebatas pendapat perseorangan bukan keputusan partai. Sebab, menurutnya keempat partai itu belum secara resmi melakukan deklasari mengusung capres-cawapres yang akan diusung di Pilpres 2019.

"Kami justru bertanya apa benar terbentuk koalisinya, apakah itu masih pendapat satu, dua orang pimpinan fraksi atau partai atau satu, dua orang, kecederungan ini kan penyataan perseorangan semua. Pendapat Gerindra pun yang secara resmi bukan dalam bentuk deklarasi belum, Pak Prabowo pun hanya menerima mandat bukan deklarsi. Apa lagi partai lain belum ada deklarasi. Saya lebih cenderung ini pendapat perseorangan bukan sikap resmi partai," papar Johnny.

Johnny pun akan menyambut baik koalisi tersebut jika memang terealisasi. Namun, menurutnya saat ini komunikasi politik antara dengan beberapa tersebut masih dinamis.

"Kerja sama politik masih sangat dinamis, apakah itu dengan Demokrat, PAN masih dinamis, baik dengan poros sebelah dan poros Jokowi," tutur Johnny

"Masih selalu terbuka peluang kerja sama politik masih terbuka. Mungkin yang sulit dengan Gerindra dan PAN yang sudah menyatakan secara terus terang akan bentuk itu," tegasnya. 

Seperti diketahui, Rencana pembentukan koalisi itu awalnya dikemukakan oleh Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan. Ia menyatakan partainya kembali membuka komunikasi dengan Gerindra.

Rencana koalisi ini semakin menguat seiring kabar pertemuan antara Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid juga menyatakan Demokrat menjalin komunikasi dengan partainya. Komunikasi itu terkait Pilpres.


0 Komentar