Selasa, 15 Mei 2018 10:30 WIB

Kapolri: TATP Peledak yang Digunakan Dalam Pemboman Gereja di Surabaya

Editor : Amri Syahputra
Seorang petugas polisi Jawa Timur berjaga-jaga pada hari Senin di depan kamar mayat di mana mayat korban dan pelaku serangan bom bunuh diri ditahan di Rumah Sakit Polisi Bhayangkara di Surabaya, Jawa Timur.

Surabaya, Tigapilarnews.com _ Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan para teroris di belakang serangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, pada hari Minggu, menggunakan jenis peledak yang disebut triacetone triperoxide (TATP). Jenis bahan peledak ini biasanya digunakan oleh militan Negara Islam (IS) ketika melakukan serangan teror.

"TATP terbuat dari bahan yang banyak tersedia di pasar," kata Tito.

"Semua bahan itu sangat berbahaya karena mereka dapat dengan mudah memicu ledakan secara acak karena kepekaan mereka," katanya kepada wartawan dalam konferensi pers Surabaya, Senin.

Tito menambahkan bahwa tidak seperti peledak lainnya, TATP tidak membutuhkan detonator untuk mematikan bom. "Panas atau gerakan gemetar hanya dapat menyebabkan bom meledak."

Meskipun TATP terbuat dari bahan yang tersedia secara luas, Tito menjelaskan, bahan peledak bisa menciptakan ledakan yang lebih besar daripada TNT. Hal ini juga sulit untuk dideteksi dengan X-ray, menjadikannya jenis peledak yang populer di kalangan teroris.

Beberapa insiden pemboman besar yang menyebabkan banyak korban jiwa, seperti pemboman London 2005, pemboman Paris 2015, pemboman bandara Brussels 2016, serta pemboman tahun lalu di Arena Manchester, menggunakan TATP.

Sebelum pemboman gereja Surabaya di hari Minggu, peledak jenis ini pertama kali dilaporkan digunakan oleh Leopard Wisnu Kumala, seorang pria berusia 29 tahun yang berusaha memeras uang dari manajemen Alam Sutra Mall dengan mengancam akan meledakkan beberapa bom di mal pada Oktober 2015.


0 Komentar