Selasa, 24 April 2018 19:27 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena faktor eksternal.
Salah satunya karena banyak dana investor yang kembali ke Amerika.
"Seperti dijelaskan oleh Bank Indonesia, kan hampir (semua) mata uang di Asia ini melemah dengan USD karena ada perkembangan di Amerika tentu. Ada suatu optimism sehingga banyak kembali, dana-dana investment Amerika itu kembali ke Amerika sehingga menyebabkan mata uang di Asia ini melemah. Itu terjadi semua berarti faktor eksternal," kata JK di kantornya di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (24/04/2018).
Lanjut JK, setiap pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan memberi dampak terhadap ekspor dan impor. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan baik untuk ekspor dan buruk untuk impor.
"Ya setiap pelemahan begitu, pasti bagus untuk ekspor, tapi tidak bagus untuk impor," ujarnya.
Industri yang bergantung terhadap bahan baku impor tentu akan bermasalah. "Tapi ekspor tentu bagus, justru diuntungkan. Jadi selalu ada balancenya kalau bicara tentang kurs itu," tuturnya.
Sebagai dampak pelemahan rupiah, cadangan devisa negara dikatakan JK hanya bisa ditambah dengan meningkatkan ekspor. Salah satu yang diupayakan pemerintah dengan memperluas perdagangan ke luar negeri.
"Kita sudah berusaha contohnya saja minggu lalu atau dua minggu lalu mengundang negara-negara Afrika agar Indonesia bisa memperluas pedagangannya ke Afrika. Begitu juga kita mempertahankan posisi kita di Eropa dengan merundingkan perdagangan dengan Eropa," ungkapnya.
"Begitu juga dengan Australia. Kita mempercepat semua perundingan perdagangan dengan free trade dengan Australia. Kita mempercepat membuka pasar lebih bagus dengan cara hubungan bilateral atau pun multilateral dengan negara-negara lain," lanjutnya.
JK tidak menjelaskan secara rinci saat ditanya prediksi apakah pelemahan rupiah terhadap dolar akan berlangsung lama. Hal ini karena pelemahan rupiah akibat faktor eksternal.
"Itu ya kita tidak bisa meprediksi karena di balik semua kritikan ke Amerika ke Trump contohnya, tapi ekonomi Amerika berkembang, bergerak. Sejauh mana ekonomi Amerika itu dolar itu masuk kembali itu kan tergantung supply and demand-nya," jelasnya.
JK menilai sejauh mana Bank Indonesia akan mempertahankan angka rupiah, hal tersebut tergantung oleh BI. Saat ditanya apakah angka tersebut mengkhawatirkan, JK menjawab ada sisi positif dan negatifnya.
"Seperti saya katakan, seperti kurs itu selalu punya efek positif dan negatif. Negatif untuk barang impor, positif untuk ekspor. Jadi juga itu positif untuk turis masuk. Negatif untuk siapa yang ingin belanja keluar negari. Jadi efeknya seperti itu, jadi balance saja. Kita tidak perlu khawatir berlebihan. Karena akan memperbaiki neraca pembayaran kita nanti," paparnya.(exe/ist)