Kamis, 01 Juni 2017 06:56 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Permintaan kubah masjid selama bulan Ramadhan di sentra industri 1.000 kubah masjid di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengalami peningkatan sekitar 25 persen dibanding hari biasanya.
"Ada peningkatan jumlah pesanan maupun permintaan barang jadi, cukup signifikan," kata Redy alias Signal, pekerja industri kubah di salah satu industri kubah berbahan baja dan lembaran seng baja ringan atau galvalum di Desa Sukowiyono, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung, Rabu (31/05/2017).
Redy tak bisa menjelaskan spesifik volume produksi yang menggambarkan peningkatan sekitar 25 persen tersebut, dengan alasan ukuran serta harga yang sangat bervariasi dengan durasi pengerjaan yang berbeda-beda pula.
Jika kubah mini dengan diameter kurang lebih 20 centimeter yang dibanderol harga di kisaran Rp100 ribu per buah, kata dia, dalam sehari satu pekerja bisa menghasilkan beberapa buah.
Namun untuk kubah berukuran jumbo dengan diameter 10-16 meter, kata dia, harga jual bisa mencapai ratusa juta rupiah dan durasi pengerjaan hingga setahun.
"Kami melihatnya (tren peningkatan jumlah permintaan) berdasar pengalaman tiap menjelang maupun saat Ramadhan tiba, termasuk tahun ini. Bahkan untuk memenuhi tingginya permintaan itu, manajemen harus menambah tenaga kerja musiman sebanyak 25-30 orang," tutur Redy.
Saat ini, jumlah pekerja tetap di industri CV Seribu kubah Desa Sukowiyono, Kecamatan Karangrejo milik H Roekan sekitar 50 orang.
Dengan penambahan tenaga kerja musiman bagian pengecatan dan pembantu las dan pemotong besi sebanyak 25 orang, total pekerja selama Ramadhan ini sekitar 75 orang, kata Redy.
Saat dikonfirmasi, pengusaha industri kubah terbesar di Tulungagung yang memiliki jaringan pasar di seluruh Indonesia ini mengatakan mayoritas barang yang mereka buat/rangkai merupakan pesanan pelanggan, jauh hari sebelum Ramadhan.
Hanya saja, kata dia, jatuh tempo pengambilan atau permintaan penyelesaian pekerjaan rata-rata sebelum Lebaran.
"Ada juga yang langsung datang, mampir dan membeli (tidak pesan terlebih dulu)," kata Roekan.
Ia enggan bicara soal omzet usaha produksi kubah miliknya. Saat dikonfirmasi wartawan, Roekan yang telah mengembangkan usaha kerajinan kubah yang dulunya berbahan kuningan sejak era 1970-an, bisnis kerajinan kubah masjid seperti mengelola usaha yang serba misterius.
Selain pangsa pasar yang sangat terbatas atau segmented, kata dia, permintaan cenderung fluktuatif.
"Kadang bisa ramai, kadang sepi sekali. Hari ini saja ada saja yang tiba-tiba menelepon dan pesan, tapi ada juga yang sudah mau pesan lalu telepon lagi dan dibatalkan. Usaha industri kubah tidak bisa diprediksi," katanya.
Roekan mengaku saat ini hanya fokus melayani pasar luar daerah dan luar Jawa. Sementara untuk pasar lokal Tulungagung dan sekitar, Roekan sudah tidak terlalu memprioritaskan karena banyaknya persaingan usaha dari perajin kubah yang bermunculan setelahnya.(exe/ist)