Kamis, 13 April 2017 23:24 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, merilis temuan terbaru bahwa sebagian besar warga Jakarta atau 73,0 persen responden sangat puas atas kinerja Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur DKI, hanya 25,9 persen responden menyatakan tidak puas, dan sisanya 1,1 persen tidak menjawab.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa kepada pers di Jakarta, Kamis, mengatakan, jika Pilkada DKI dilaksanakan pada hari ini, terdapat 42,7 persen responden yang memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, sedang 51,4 persen responden memilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno, selanjutnya yang belum menentukan 5,9 persen responden.
Survei LSI dilakukan pada 7-10 April 2017 dengan metodologi "multistage random sampling", jumlah responden 440 orang, wawancara tatap muka responden dengan kuesioner, serta tingkat kesalahan sekitar 4,8 persen.
Ardian mengatakan, Ahok unggul pada pemilih usia 50 tahun ke atas yaitu sebanyak 52,0 persen responden, sedang Anies hanya dipilih 43,1 persen responden, dan sisanya 4,9 persen responden tidak menjawab.
Anies Baswedan unggul pada pemilih usia 40-49 tahun sebanyak 59,4 persen responden, sedang Ahok hanya dipilih 33,8 persen responden, sisanya 6,8 persen responden belum menentukan.
Selain itu, Ahok juga unggul pada pemilih pernah kuliah atau di atasnya sebanyak 50,8 persen responden, sedang Anies hanya dipilih 44,1 persen responden, sisanya 5,1 responden belum menentukan.
Anies Baswedan unggul pada pemilih lulus SD sebesar 54,8 persen responden, sedang Ahok hanya dipilih 38,8 persen responden, sisanya sebanyak 6,4 responden belum menentukan pilihannya.
Ardian menambahkan, hasil survei LSI tersebut bahwa dukungan pasangan Ahok-Djarot mengalami kenaikan ditandai mayoritas publik puas dengan kinerjanya.
Sebaliknya, dukungan pemilih atas Anies-Sandi menaik dan masih mengungguli Ahok-Djarot.
Ardian menegaskan, naik-turunnya suara masing-masing calon gubernur di hari H pemilihan ditentukan tiga faktor, yaitu isu negatif dahsyat yang menimpa salah satu calon, kemudian mobilisasi abnormal menjelang hari H pemilihan dan tingkat golput pemilih pasangan calon.(exe/ist)