Jumat, 17 Maret 2017 15:06 WIB
KOTA PINANG, Tigapilarnews.com - Sampuran Pandayangan di Kecamatan Silangkitang, Labuhan Batu Selatan, sekitar 360 Km dari Kota Medan, Sumatera Utara, menyimpan potensi alam yang belum tergarap secara maksimal.
Padahal, bila dikelola dengan baik, Sampuran bisa menjadi destinasi wisata dari berbagai penjuru di wilayah Labuhan Batu Raya maupun internasional. Sebut saja, dari Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara maupun warga Labuhan Batu Selatan itu sendiri.
Belum lagi wisatawan lokal dari Padang Lawas, Padang Sidempuan maupun daerah-daerah yang relatif dekat dengan Sampuran.
Sebelum reformasi, Labuhan Batu hanya ada satu dengan ibukota Rantau Prapat. Namun, saat pemekaran pada 2008, Labuhan Batu dibagi menjadi tiga, yakni Labuhan Batu (induk) dengan ibukota Rantau Prapat, Labuhan Batu Selatan (Kota Pinang) dan Labuhan Batu Utara (Aek Kanopoan).
Keindahan alam Sampuran tak saja menjadi nilai jual utama tempat wisata itu, tetapi juga tersimpan legenda yang mengisahkan seorang petapa yang berubah menjadi batu.
Konon, pemuda yang bertapa itu kalah dalam pertarungan berdarah untuk memperebutkan seorang wanita. Dia pun memutuskan memperdalam ilmunya dengan cara bertapa di sungai terseut. Namun, entah kenapa dia berubah menjadi batu.
Bila mampir ke sana, turunlah sebentar ke bagian hilir Sampuran. Di sana akan ditemukan batu berbentuk manusia yang diyakini sebagai petapa, masih terlihat hidung, wajah dan telinga.
Tapi, 'petapa' itu hanya bisa dilihat bila menyelam karena tertutup pancuran air sungai yang relatif deras. Konon, 'petapa' itu masih dijaga buaya putih. Soal kebenaran cerita ini, masih perlu diuji.
Secara administratif, Sampuran berada di Desa Mandalasena, Kecamatan Silangkitang, Labuhanbatu Selatan. Ada yang menyebut Sampuran, tapi juga populer di sebut Pandayangan.
Air Sungai Sampuran merupakan aliran Sungai Mahuam yang membelah Kecamatan Silangkitang, kemudian bermuara ke Sungai Barumun.
Jarak tempuh dari Kota Pinang ke sampuran sekitar 30 Km, bisa dilalui dengan mobil atau motor. Sayang, sarana transportasi ke sana sulit karena tak ada angkutan khusus.
Infrastruktur jalan menuju Sampuran terbilang memprihatinkan karena harus melalui jalan perkebunan milik penduduk setempat.
Tapi, bila sudah tiba di sana, rasa penat dalam perjalanan sontak hilang karena Anda langsung disambut suara deburan air.
Sungai Sampuran terbentang sepanjang lebih dari 1 Km dari utara ke selatan. Sungai didominasi batu, yang bertingkat-tingkat hingga tujuh tingkat.
Tak terlihat ada campur tangah Pemkab Labuhan Batu Selatan di area wisata itu. Baik dari segi kebersihan, penataan pedagang di sana, karcis masuk hingga penataan parkir yang dikelola secara tak resmi. Semuanya tak terkelola.
Padahal, kalau dikelola dengan baik, Sampuran bisa berkontribusi besar menyumbang pendapatan asli daerah, di samping pajak perkebunan dan sebagainya.