Rabu, 25 Januari 2017 18:39 WIB

Refleksi Imlek 2017: Meneguhkan Politik Kebangsaan, Bersama Membangun Indonesia

Editor : RB Siregar
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar merayakan Imlek 2017 bersama Tokoh Tionghoa.

JAKARTA, Tigapilarnews.com  - Perayaan Imlek 2017 DPP PKB digelar  di kantor DPP PKB, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2017). Sejumlah petinggi negeri ini tampak hadiri, termasuk Ketua Umum PKB Muhaimin Iskadar. 

Pada perayaan Imlek itu, tampak hadir  Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Mendes PDTT Eko Putro Sanjojo, Menpora Imam Nahrowi, Kepala BKPM Tom Lembong, Ketua Umum PSMTI David Herman Jaya dan tokoh-tokoh Tionghoa.

“Imlek tentu menjadi momen penting untuk masyarakat Tionghoa sebagaiman sahabat muslim menyambut Idul Fitri, dan PKB merasa dekat dari sejarah yang memperjuangkan penghapusan diskriminasi terhadapa perayaan imlek, melalui refleksi Imlek tahun ayam ini PKB berharap masyarakat semakin kuat melakukan dialog dan kerja sama berjuang bersama PKB dalam mengatasi segala persoalan bangsa dan memajukan Indonesia.” kata Wasekjen DPP PKB Daniel Johan

Momentum tersebut, digunakan PKB untuk menyampaikan refleksi Imlek 2017. Berdasarkan penanggalan Lunar, tahun 2017 disebut tahun Ayam Api. 

Ayam jago merupakan simbol astrologi untuk tahun ini, sehingga karakter tahun ini diperkirakan masih diwarnai  pertarungan sebagaimana karakteristik seekor ayam jago yang saling membusungkan dada dan gemar bertarung memenangkan egonya.
 
Untuk itu, di tahun Ayam Api ini, PKB mengajak  segenap warga  sama-sama melakukan pengendalian diri, senantiasa menampilkan politik yang santun, sama-sama menjaga kondisi sosial yang penuh kebersamaan, dan tetap memperkuat persaudaraan dan solidaritas sesama anak bangsa.
 
Terlebih lagi pada tahun 2017 ini juga berlangsung Pilkada  serentak. Kontestasi politik di tingkat daerah yang dilakukan secara serentak, ikut mendorong politik nasional menjadi menghangat, khususnya ekses dari Pilkada DKI Jakarta.
  
Pilkada serentak berdampak munculnya semangat etnoprimordialisme yang memisahkan dan mengkotak-kotakkan di antara sesama anak bangsa. Yang melunturkan semangat toleransi dan solidaritas, sebaliknya memunculkan fanatisme atas dasar kesukuan dan perbedaan latar belakang. 

PKB menolak etnoprimordialisme ini karena cenderung memisah-misahkan kita baik sebagai sesama insan manusia maupun sebagai sesama anak bangsa Indonesia. 

Karena siapa pun kita, dengan latar belakang agama, etnis, dan budaya apa pun, kita tetap disatukan oleh rasa kemanusiaan dan ke-Indonesiaan yang sama.
 
Oleh karena itu politik dalam merebut kekuasaan, dalam memenangkan kontestasi dan dukungan rakyat, jangan sampai memecah-belah persatuan, persaudaraan, dan kebhinekaan yang selama ini sudah terbangun dengan baik.

PKB senantiasa mendorong berkembangnya politik kebangsaan, yang menempatkan kepentingan rakyat sebagai yang utama, hasil kerja di atas pencitraan, dan kemanusiaan di atas kekuasaan. 

Politik kebangsaan harus berorientasi pada kepentingan setiap warga negaranya, bukan kepentingan sekelompok orang se-partai, se-suku, dan atau se-agama. Kita bisa belajar banyak dari Gus Dur, Presiden ke-4 Republik Indonesia, mengenai hal ini. 

Politik seharusnya mampu memberikan kepastian kesetaraan bagi setiap anak bangsa, memberi perlindungan terhadap semua agama yang ada, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, merawat rasionalitas dan budi pekerti, anak-anak generasi yang akan datang sebagaimana menjaga juga para lanjut usia, membebaskan dan mencerahkan.
  
Semoga Tahun Ayam Api ini  menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk kembali pada politik kebangsaan, sehingga mozaik indah khatulistiwa ini benar-benar dapat kita bangun bersama-sama tanpa pembedaan agama, suku, dan lainnya. 

Perjuangan mereka yang telah bersatu akan membuahkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Mari kita bangun Indonesia secara bersama-sama dengan semangat itu.
 
Atas nama Partai Kebangkitan Bangsa kami mengucapkan Selamat Merayakan Tahun Baru Imlek 2017, Gong Ci Fa Cai, Bangkitlah Indonesiaku, Sejahtera dan Bahagialah Rakyat dan Bangsaku