Jumat, 16 Desember 2016 10:16 WIB

Warga Pansos Bina Daksa Ini Buka Usaha Telur Asin

Editor : Rajaman
Laporan: Arif Muhammad Riyan

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Seorang mantan pengamen di daerah Angke, Jakarta Utara mengalami disabilitas tubuh kini telah membuat sejarah baru dalam hidupnya.

Bagaimana tidak, pria akrab disapa Hendrik (20) ini, sukses menjadi juragan telur asin.

Diketahui, Hendrik kehilangan kaki kanannya lantaran diamputasi akibat jatuh ketika turun dari kereta.

Dengan kondisi disabilitas tubuh, pria asal Cikarang, Bekasi, Jawa Barat ini akhirnya mendapat pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti milik Dinas Sosial DKI Jakarta. Ketika di panti, ia mengaku ingin mempunyai usaha telur asin.

"Di kampung saya di daerah Cikarang masih banyak orang-orang yang ternak bebek. Jadi kayaknya gampang kalau usaha telur asin di rumah," kata Hendrik saat ditemui di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti, Cengkareng, Jakarta Barat jumat (16/12/2016).

Di samping itu, kata Hendrik, proses pembuatan telur asin tidak sulit. Asal bisa tekun dan tetap sabar maka akan terlihat hasilnya.

"Pemasarannya juga mudah. Saya sudah mencoba menitipkan hasil karya saya (telur asin) di warung-warung dan di sekitar panti saya yang ada di Cengkareng," kata Hendrik.

Sementara itu, Kepala Panti Sosial (Pansos) Bina Daksa Budi Bhakti, Prayitno mengemukakan, Hendrik merupakan salah satu warga binaan sosial di pantinya.

"Ia merupakan pengamen di daerah Angke, Jakarta Utara sejak tahun 2009 ketika masih berusia 13 tahun," kata Prayitno.

Hendrik sendiri anak ketiga dari enam bersaudara. Dua orang kakaknya serta bapaknya tinggal di Malaysia. Hendrik belum pernah bertemu dengan kakaknya, karena kakaknya pergi waktu dirinya masih bayi.

"Sedangkan tiga adiknya lagi saat ini masih sekolah. Satu orang sekolah di Sekolah Menengah Pertama dan dua orang lagi sekolah di Sekolah Dasar di daerah Cikarang," terang Prayit.

Tidak hanya Hendrik yang mampu membuat telur asin. Warga binaan yang lain pun diberi pelatihan keterampilan membatik, membuat keset, sapu lantai dan sebagainya.

"Pelatihan itu untuk bekal mereka. Karena kami berupaya agar mereka mampu hidup mandiri meskipun memiliki keterbatasan. Di sini kami berikan motivasi kepada mereka," ujar Prayit.

Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa disabilitas sebagai orang tidak produktif, cepat tersinggung, minder, rendah diri dan lain-lain. Namun anggapan tersebut tidak selamanya benar.

Produk-produk yang mereka hasilkan pun tidak kalah dengan orang tidak memiliki keterbatasan. Justru penyandang disabilitas ini kadang memiliki motivasi khusus untuk lebih maju.

"Beberapa dari mereka punya motivasi yang kuat untuk membuktikan. Dengan keterbatasan pun ternyata mereka mampu. Karya mereka tidak kalah kok," tandas Prayit.
0 Komentar