JAKARTA, Tigapilarnews.com - Praktisi IT Ichwan Saychu mengatakan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) telah menjadi blunder buat Ahok. Hal ini kemudian diperparah dengan sikap pemerintah dan Polisi yang terkesan membela calon petahana maupun langkah-langkah para pendukung Ahok mulai dari para pengamat, para buzzer pendukung Ahok yang bukan meredakan malah justru memprovokasi masyarakat.“Paling tidak saya amati hal ini dari trend di sosial media. Sikap pemerintah yang diam dan polisi yang terkesan menjadi pelindung Ahok, juga pernyataan-pernyataan dari pengamat pendukung Ahok, para relawannya dan juga para buzzer di sosial media yang membela Ahok mati-matian justru memprovokasi masyarakat,” ujar Ichwan saat dihubungi, Minggu (30/10).Perang di sosial media yang tadinya hanya dilakukan oleh para pendukung pun kini sudah melibatkan masyarakat yang tadinya tidak peduli sehingga mereka menjadi aktif di sosial media.”Banyak pendukung Ahok yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal yang memancing emosi masyarakat,” tambahnya.Dia pun mencontohkan bagaimana Mantan Ketua Tim Pemenangan Ahok, Nusron Wahid yang menjadi bahan cemooh karena sikapnya yang mendewakan Ahok dan melecehkan para ulama dalam sebuah tayangan televisi.“Pernyataan-pernyataan Nusron itu banyak menjadi memei dan viral di sosial media. Bahkan sikap Nusron yang kerap melotot-melotot kalau bicara pun menjadi bahan bullying di sosial media,” imbuhnya.Ulah para buzzer pendukung Ahok yang kerap kali justru membuat pernyataan SARA dan menyerang Islam sehingga membuat kondisi menjadi seperti bola salju yang terus membesar dan siap meluluhlantakkan Ahok dan para pendukungnya.“Buzzer ini kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sara baik terhadap islam maupun masyarakat pribumi.Ini membuat panas situasi. Orang yang tadinya tidak peduli pun karena agama dan rasnya diserah menjadi aktif. Ini sangat menggerus basis pendukung Ahok, karena tadinya banyak orang Islam yang mendukung Ahok kini jadi anti Ahok karena ulah para buzzer ini,” ujar pria yang berprofesi sebagai search engine optimizer ini lagi.Menurut Ichwan tim buzzer yang nampaknya adalah tim bayaran ini menurutnya nampak sudah panik. Mereka tidak sanggup melawan derasnya sikap anti ahok .”Yah mereka kan jumlahnya sekitar puluhan atau ratusan orang, tidak mungkin sanggup melawan pemikiran dari ribuan atau jutaan orang. People power tentunya jauh lebih kuat dari tentara bayaran,” paparnya.Fakta inilah menurut Ichwan yang membuat saat ini tidak ada lagi berita-berita soal pooling di sosial media seperti pada pilkada dan pilpres lalu dimana kekuatan buzzer pasangan Jokowi-JK mendominasi sehingga kerap muncul betapa posisi Jokowi-Ahok maupun Jokowi-JK dalam pooling sosial media selalu diatas. "Kalau posisinya dibawah seperti saat ini tidak mungkin lah mereka publikasikan poolingnya,” katanya lagi.Dengan fakta ini maka meskipun isunya Ahok didukung oleh penguasa dan juga pengusaha dan para taipan,tidak sanggup melawan.“Jadi meski misalnya FPI dalam aksinya kerap mengundang kritik keras, tapi kini FPI justru didukung masyarakat luas. Sementara banyak warga Cina yang tadinya mendukung Ahok sekarang takut untuk mendukung Ahok. Mereka khawatir kebencian pada Ahok merembet pada kebencian pada ras Cina di Indonesia,” tandasnya.