JAKARTA, Tigapilarnews.com – Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Rofi Munawar menilai pemerintah perlu menyiapkan langkah antisipatif atas keberhasilan dua sandera WNI yang lolos dari sekapan kelompok Abu Sayyaf di Filipina."Kita bersyukur dua orang sandera WNI berhasil kabur dari sekapan kelompok Abu Sayaf. Namun, kejadian tersebut dikhawatirkan akan membuat kelompok Abu Sayyaf melakukan respon yang tidak diharapkan terhadap sandera yang masih tersisa. Karenanya, Pemerintah harus segera bertindak dan merespon cepat," ucap Rofi, Sabtu (20/8/2016).Diketahui, Militer Filipina mengatakan pada hari Rabu (17/8/2016) bahwa pasukannya menemukan sandera Indonesia yang disebutkan bernama Ismail, di Bual, Luuk, provinsi Sulu. Sembilan jam setelahnya ditemukan Muhamad Sufyan, satu dari tujuh awak TB Charles yang diculik kelompok Abu Sayyaf. Kedua WNI ini berhasil melarikan diri dari para penyekapnya.Rofi menyadari bahwa langkah pembebasan sandera tidaklah mudah, karena perlu menghadapi teritori yang sulit dan adanya kendala diplomasi. Tapi dari apa yang berkembang hingga saat ini perkembangan yang dihasilkan belum memuaskan. Oleh karena itu, nilai Rofi, perlu ada usaha yang lebih intensif untuk membuka jalur non formal dan memberdayakan jejaring yang ada. Selain itu, perlu juga melakukan operasi intelijen dan membuka opsi infiltrasi militer segera."Dengan keberhasilan dua orang sandera lolos dari sekapan kelompok abu sayyaf, sesungguhnya menjadi peluang bagi pemerintah Filipina dan Indonesia untuk melakukan langkah-langkah pembebasan yang lebih terukur. Informasi bisa didapatkan lebih mudah," katanya.Rofi menambahkan, Pemerintah tidak bisa hanya menunggu kejutan-kejutan peristiwa atas penyanderaan yang saat ini masih terjadi.“Dengan kejadian ini, seharusnya Pemerintah Filipina membuka jalur yang lebih lunak untuk mengikutsertakan militer Indonesia,” tegas Rofi.Mayor Filemon Tan dari Komando Mindanao mengatakan, sejauh ini Abu Sayyaf masih menahan 15 sandera asing, termasuk seorang warga Norwegia, seorang warga Belanda, lima orang Malaysia dan delapan orang Warga Negara Indonesia. Selain itu, militan juga menyandera delapan warga Filipina di persembunyian mereka di hutan belantara Filipina Selatan.