Laporan : Hendrik SimorangkirTANGERANG, Tigapilarnews.com - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten, memberikan catatan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, terkait rumah sakit dan klinik yang diduga menggunakan vaksin palsu atau ilegal.Beberapa rumah sakit dan klinik yang masuk dalam catatan BPOM tersebut kesemuanya berada di Kota Tangerang, yakni Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Mutiara Bunda, RS Bhakti Asih, RS Pratiwi, Klinik Bersalin (KB) Melati dan Klinik Diana.Terkait catatan yang diberikan BPOM tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Roostiwi mengatakan, pihaknya langsung melakukan tindaklanjut terkait laporan tersebut dengan cara mengecek kebenarannya."Saya sudah menugaskan tim untuk mengeceknya. Namun, dari lima RS yang diduga menggunakan vaksin palsu tersebut, dugaan menguat hanya pada RSIA Mutiara Bunda saja," ujar Roostiwi, saat menyidak di RSIA Mutiara Bunda, Sabtu (16/7/2016).Sementara, Toniman, perwakilan dari RSIA Mutiara Bunda, saat ditemui wartawan, tak menampik akan dugaan tersebut.Meski demikian, pihak rumah sakit yang berlokasi di Jalan Ciptomangunkusumo No. 3, Kelurahan Sudimara Timur, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, mengklaim belum sempat menggunakan vaksin palsu jenis DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) tersebut."Kita hanya kedapatan vaksin yang diduga palsu, tapi belum dipakai, karena BPOM sudah datang mengambil vaksin itu untuk diuji. Vaksin itu ada di kita sejak tiga bulan lalu," jelas Toniman, yang juga sebagai Dokter Spesialis Anak di RSIA Mutiara Bunda.Toniman menuturkan, vaksin tersebut dibeli dari sales langganannya, karena stok vaksin DPT yang tidak menyebabkan panas pada anak dari pabrikan sedang kosong sejak awal 2016.Kemudian, sales tersebut datang ke rumah sakit menawarkan vaksin pada 23 April lalu. Namun belakangan, vaksin tersebut justru jadi masalah."Kita memang sering pesan dari sales itu sejak tahun 2014. Tapi biasanya kita pesan vaksin biofarma. Sedangkan untuk yang DPT sejak awal tahun ini kosong, tidak tahu mungkin barangnya dari luar negeri tidak produksi. Akhirnya ditawarin vaksin dari dia, harganya lebih murah. Kita beli 130 ampuls, per ampulsnya seharga Rp. 200 ribu," katanya.Perihal status vaksin itu sendiri, Toniman menambahkan, tidak yakin apakah palsu atau tidak yang dibelinya."Hingga kini kami belum yakin, apakah vaksin itu palsu atau tidak. Oleh sebab itu, kami masih menunggu langkah selanjutnya dari BPOM, yang sedang menguji vaksin tersebut," tutupnya.