Selasa, 31 Desember 2024 12:09 WIB

Tabrakan dengan Burung Dinilai Janggal Akibatkan Tragedi Penerbangan Jeju Air 7C2216

Editor : Yusuf Ibrahim
Tragedi penerbangan Jeju Air 7C2216. (foto istimewa)

JAKARTA, TIGAPILARNEWS.COM- Penyelidik sedang memeriksa tabrakan dengan burung di antara kemungkinan penyebab yang menyebabkan tragedi penerbangan Jeju Air 7C2216 yang menewaskan 179 orang di Korea Selatan.

Penerbangan itu mengalami kecelakaan mengerikan di Bandara Internasional Muan pada hari Minggu (29/12/2024) ketika pesawat mendarat dengan posisi perut tanpa roda pendaratan yang terlihat dan tergelincir dari landasan pacu dalam ledakan yang berapi-api.

Dari 181 orang di dalamnya, hanya dua orang yang ditemukan selamat. Tragedi ini menjadi kecelakaan udara terburuk dalam sejarah maskapai Korea Selatan. Beberapa menit sebelum pesawat jatuh dan tergelincir, pengendali lalu lintas udara memperingatkan tentang tabrakan burung dan pilot mengeluarkan peringatan "mayday". 

Namun, para pakar penerbangan skeptis bahwa tabrakan burung adalah satu-satunya penyebab, memperingatkan bahwa faktor-faktor lain kemungkinan berkontribusi terhadap kecelakaan itu.

Matt Driskill, editor majalah Asian Aviation, mengatakan bahwa meskipun tabrakan antara pesawat yang sedang terbang dengan burung bukanlah hal yang jarang terjadi, tabrakan burung tidak mungkin memengaruhi penurunan roda pendaratan.

"Misteri bagi saya adalah mengapa roda pendaratan tidak dikerahkan," katanya kepada Asia First dari CNA sehari setelah tragedi tersebut.

"Sepertinya roda hidung masih tertahan di dalam badan pesawat," lanjut Driskill, yang dilansir CNA, Selasa (31/12/2024).

"Ini tampaknya kejadian yang sangat jarang terjadi. Tabrakan burung yang memengaruhi roda pendaratan adalah sesuatu yang belum pernah saya dengar," imbuh dia.

Analis penerbangan independen Alvin Lie menambahkan: "Jika seekor burung menabrak salah satu mesin, hal terburuk yang dapat terjadi adalah mesin mati. Tabrakan burung tidak menyebabkan roda pendaratan rusak atau sayap tidak dapat dibuka. Jadi, pasti ada alasan lain," paparnya.
 

Apakah Serangan Burung Umum?

Serangan burung merupakan masalah yang relatif umum dalam penerbangan, tetapi jarang mengakibatkan kecelakaan serius.

Tahun lalu, Amerika Serikat (AS) mencatat rata-rata 54 serangan satwa liar per hari, menurut Badan Penerbangan Federal (FAA) AS. Sebagian besar serangan melibatkan burung meskipun satwa liar juga mencakup hewan seperti rusa.

Sekitar 90 persen serangan burung terjadi di dekat bandara, saat pesawat lepas landas atau mendarat, atau terbang di ketinggian rendah, menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.

Insiden tabrakan burung yang paling terkenal terjadi pada tahun 2009 ketika sebuah pesawat US Airways melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson di New York setelah menabrak sekawanan angsa. Seluruh 155 awak dan penumpang di dalamnya selamat.

Para pakar mengatakan tabrakan burung dapat mematikan satu mesin atau dalam kasus yang jarang terjadi, dua mesin—seperti Airbus dalam insiden Sungai Hudson, tetapi pesawat tetap tidak terpengaruh dalam kebanyakan kasus.
 

Gear Pendaratan dan Dinding Landasan Pacu


Para analis bingung mengapa pesawat mendarat tanpa roda pendaratan, dengan mengatakan hal itu tidak biasa karena ada sistem alternatif untuk menurunkannya.

"Tabrakan burung (mungkin) menyebabkan kerusakan listrik total pada pesawat, tetapi pilot seharusnya masih dapat melepaskan roda-roda itu dengan cara tertentu," kata analis penerbangan Paul Charles.

"Kita harus membiarkan para penyelidik menemukan apakah mesinnya yang rusak, atau ada masalah mekanis lain yang diperburuk oleh tabrakan burung," ujarnya.

Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan pesawat hancur saat tergelincir di landasan pacu sebelum akhirnya menabrak dinding dengan kecepatan tinggi di area yang dilewati pesawat, dan meledak menjadi kobaran api.(des)

 


0 Komentar