Jumat, 20 September 2024 13:52 WIB
Jakarta, Tigapilarnews.com- Country Director untuk Indonesia dan Timor-Leste, East Asia dan Pacific World Bank, Carolyn Turk menyebutkan, bahwa harga beras di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Tak tanggung-tanggung, selisih harganya mencapai 20%.
"Kami memperkirakan, konsumen Indonesia membayar hingga 20% lebih mahal untuk makanan mereka," katanya dalam acara Indonesia International Rice Conference yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024).
Carolyn mengungkap, tingginya harga beras di Indonesia salah satunya disebabkan oleh pembatasan impor hingga keputusan pemerintah menaikkan harga jual beras hingga melemahkan daya saing pertanian. Dan yang mirisnya lagi, tingginya harga beras tidak diikuti dengan kesejahteraan petani.
Lebih jauh disampaikan, pendapatan petani di Indonesia masih di bawah USD1 atau setara Rp15.207 per hari. Yang mana itu artinya dalam setahun diperkirakan penghasilan petani Indonesia hanya kurang dari USD341 atau setara Rp5 juta saja. "Yang kita lihat adalah bahwa pendapatan banyak petani marjinal sering kali jauh di bawah upah minimum, bahkan sering kali berada di bawah garis kemiskinan," ungkapnya.
Ia menekankan, pentingnya investasi untuk mendorong produktivitas pertanian di tengah krisis pangan akibat perubahan iklim seperti sekarang ini. Menurutnya, investasi bisa mengurangi kerugian pascapanen sekaligus membuka peluang dalam meningkatkan kemampuan produksi dengan membangun ragam infrastruktur seperti pabrik dengan teknologi modern dan infrastruktur penunjang lainnya.
"Seperti yang telah saya katakan, penting untuk berinvestasi pada pendorong produktivitas pertanian. Kami telah menyarankan bahwa penelitian dan penyuluhan merupakan bidang yang penting untuk diperhatikan," ujarnya.(des)