Luthsya Artvi Dasniar
Mahasiswa IPB 59 Prodi Komunkasi Digial dan Media
J040122121
Kala itu, di suatu pagi di Bulan Februari saya bersama keluarga mulai mempersiapkan diri untuk segera melangkahkan kaki dari rumah kami. Matahari masih belum menampakan sinarnya, sehingga membuat keadaan sekitar cukup gelap untuk dilihat. Sambil mengenakan setelan baju hangat, tas ransel dan sepasang sepatu, kami memulai perjalanan kami dengan menggunakan sepeda motor. Keadaan Bogor Kota pada saat itu benar-benar sunyi, hanya ada beberapa kendaraan yang terlihat sehingga membuat kami dapat bergerak dengan lebih cepat dan leluasa.
Sepeda motor kami melaju dengan cepat melewati jalan raya yang kosong pada saat itu. Hawa dingin mulai terasa, menembus lapisan baju hangat yang dikenakan sehingga membuat saya cukup merasa mengigil. Keadaan ini tentunya sangat berbeda jika dibandingkan dengan keadaan Kota Bogor pada siang hari yang dipenuhi dengan suara klakson kendaraan tentunya dengan gelombang hawa panasnya yang membara.Kesempatan untuk berpegian ke luar rumah menjadi agenda yang cukup dinantikan di keluarga kami, mengingat sulitnya mencari waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama setelah lama harus bergelut dengan urusan masing-masing.
Beberapa waktu berlalu semenjak motor kami mulai bergerak dari Kota Bogor hingga akhirnya sampai ke wilayah Kabupaten Sukabumi, tepatnya di kawasan Pasar Cicurug. Seiring dengan muculnya sinar mentari pagi pada saat itu, orang-orang mulai sibuk untuk mempersiapkan dagangan mereka. Kondisi jalanan pada saat itu cukup ramai, namun motor kami tetap dapat bergerak dengan leluasa. Selama perjalanan, kondisi cuaca ini tetap bertahan setidaknya sampai kami memasuki kawasan Cidahu.
Kondisi jalanan yang menanjak dan menurun di tengah turunya hujan membuat kami harus berhati-hati dalam berkendara. Beberapa jalan yang kami temui pun ukurannya cukup kecil, sehingga beberapa kali kami harus secara bergantian untuk melewati jalan tersebut. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 25 menit, kami akhirnya sampai ke tempat tujuan, begitu pula dengan anggota keluarga kami lainnya yang datang dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Tempat yang kami kunjungi merupakan sebuah kawasan spot berkemah. Cukup dengan membayar tiket masuk sebesar Rp35.000 untuk setiap orangnya, kami memasuki kawasan yang dinamai Lembah Damar. Menyajikan pemandangan hutan pinus yang memukau, kami kembali bergerak untuk menuju spot kemah yang sudah pesan di hari sebelumnya. Masih dengan jalanan yang menanjak dan cuaca yang hujan tentunya.
Sesampainya di spot kemah, saya benar benar dibuat terpukau dengan pemandangan yang ada di sekeliling saya. Tempat kemah kami berada di tengah pohon pinus yang tinggi menjulang, ada pun pemandangan dari gunung salak yang memukau membuat tempat ini menjadi tempat yang nyaman untuk berkemah. Hingga waktu siang hari mulai tiba, suhu udara di tempat ini tetap sejuk, hal ini mungkin saja terjadi mengingat kondisinya yang berada di dataran tinggi.
Tempat yang kami pilih memiliki ukuran yang cukup besar, setidaknya untuk mendirikan dua tenda berukuran besar dan satu tenda berukuran kecil. Peralatan kemah yang kami bawa pun cukup banyak. Kebanyakan barang tersebut terdiri dari alat dan bahan masak serta kasur lipat untuk tidur.
Kawasan kemah Lembah damar menyediakan beberapa fasilitas yang membuat pengalaman kemah anda menjadi lebih nyaman. Tidak perlu takut merasa kesusahan untuk mencari kamar kecil, karena dengan membayar uang sebesar Rp100.000 anda sudah mendapatkan fasilitas kamar kecil pribadi.
Kamar kecil yang disediakan memiliki ukuran yang kecil namun memiliki kondisi air yang besih, lokasinya pun tidak jauh dari tempat kemah. Selain itu adapula fasilitas aliran Listrik yang akan anda dapatkan apabila membayar Uang sebesar Rp100.000, fasilitas ini tentunya cocok bagi anda yang membawa peralatan elektronik untuk keperluan berkemah. Selain itu seperti kebanyakan kondisi tempat yang jauh dari perkotaan, kondisi jaringan di tempat ini cukup sulit untuk didapatkan, namun anda tidak perlu khawatir, tempat ini juga menyediakan voucher untuk wifi internet khusus bagi anda yang ingin tetap terhubung dengan media sosial.
Setelah selesai menyiapkan tenda, sisa hari kami habiskan untuk berbincang tentunya sambil menyiapkan hidangan untuk disantap bersama. Menjelang waktu sore hari, pemandangan gunung salak mulai tertutupi dengan awan-awan, begitupula keadaan di sekitar kami yang mulai dipenuhi dengan kabut.
Berada di situasi berkabut di tengah pepohonan memberikan sebuah perasaan spesial tersendiri bagi saya. Situasi semacam ini mengingatkan saya akan suatu film yang pernah saya tonton mengenai sebuah kota berkabut, hanya saja tidak ada mahkluk aneh di sekitarnya, yang ada hanya pemandangan pohon pinus dan tenda kemah. Menurut saya pribadi kondisi ini memberikan rasa ketenangan dari kehidupan yang terus menerus harus berpacu dengan keramaian kota.
Masih di bulan yang sama, beberapa hari setelahnya saya bersama keluaraga melaksanakan kegiatan kemah di tempat yang berbeda. Tempat kemah yang kami kunjungi kali ini ialah bumi perkemahan Curug Ciputri yang berlokasi di wilayah Tenjolaya. Berbeda dengan suasana perkemahan di Lembah Damar, lokasi perkemahan ini menyajikan pemandangan alam di lapangan terbuka. Dengan membayar tiket masuk yang lebih mahal yakni sebesar Rp66.000 per orang serta biaya masuk kendaraan Rp100.000 untuk mobil dan Rp35.000 untuk motor, anda dapat merasakan pengalaman berkemah dengan dikelilingi oleh aliran sungai yang bersih.
Jika di lokasi kemah sebelumnya saya hanya dapat menikmati pemandangan alam pepohonan dan suasana berkabut, maka di bumi perkemahan curug ciputri ini saya mendapatkan pengalaman berkemah dibarengi dengan pengalaman eksplorasi ke wilayah hutan.
Seperti biasa setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 55 menit dari Kota Bogor, kami segera mendirikan tenda untuk bermalam. Setelah tenda selesai didirikan kami segera menyiapkan makanan. Setelah selesai menikmati makanan bersama keluarga, saya segera beralih untuk melihat indahnya aliran sungai, airnya begitu sejuk dan bersih sehingga membuat bebatuan yang ada di dalamnya dapat terlihat.
Pada pagi hari setelahnya saya bersama keluarga memutuskan untuk melakuan pendakian untuk menuju ke lokasi Curug Ciputri, perjalanan kami lakukan sambil berjalan kaki. Selama perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan hutan yang masih alami, kondisi jalan yang kami tempuh pun masih berupa tanah dan bebatuan. Perjalanan pendakian yang kami lakukan untuk menuju ke Curug pun dapat dikataka cukup menantang, dengan kondisi jalanan yang basah akibat adanya arus air, membuat saya perlu ekstra hati-hati pada saat menapakan kaki agar tidak terpeleset, saya sendiri sangat menyarankan anda untuk memakai sepatu saat melakukan pendakian.
Setelah kurang lebih menempuh perjalanan 15 menit dari tempat kemah, kami akhirnya sampai ke tujuan kami yakni Curug Ciputri. Pemandangan air terjun yang deras dikeliling dengan suasana hutan di sekitarnya membuat perjalanan yang ditempuh menjadi tidak ada-apa apanya jika dibandingkan dengan keindahan alam yang ada di depan mata saat ini.
Bulan Februari yang dipenuhi dengan agenda kemah bersama keluarga menjadi sebuah kenangan berharga bagi saya. Bogor dengan keindahan alamnya memiliki destinasi berkemah yang cocok untuk dikunjungi bersama keluarga. Pengalaman untuk menikmati alam sambil mendekatkan hubungan antar keluarga setelah disibukan dengan kegiatan masing-masing tentu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.