Rabu, 11 Oktober 2023 14:04 WIB

Investasi dalam Peta Hilirisasi Indonesia Capai Rp8.549 Triliun

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Indonesia memiliki potensi sumber daya alam tinggi yang dapat dioptimalisasi untuk menjadi Global Key Player industri hilirisasi berbasis komoditas. Diproyeksikan nilai investasi dalam peta jalan hilirisasi Indonesia mencapai USD545,3 miliar atau setara Rp8.549 triliun (Kurs Rp15.679 per USD).

Tercatat, realisasi PNBP SDA non migas tahun 2022 sendiri mencapai Rp120,1 triliun atau tumbuh 127,2% dari penerimaan tahun 2021 yang sebesar Rp52,9 triliun.

“Pemerintah mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam seperti bauksit, timah, tembaga dan nikel. Proyeksi nilai investasi dalam peta jalan hilirisasi Indonesia mencapai USD545,3 miliar,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech secara virtual dalam acara Indonesia Mining Summit “Integrated Mining and Value Added Investment” di Jakarta, Selasa (10/10).

Memasuki akhir tahun 2023, fundamental perekonomian nasional Indonesia terus mengalami penguatan dengan capaian PDB kuartal II-2023 berada pada angka 5,17%. Pertumbuhan yang ekspansif tersebut, salah satunya ditopang oleh sektor industri pengolahan yang mampu tumbuh sebesar 4,88% (yoy) dengan kontribusi mencapai 18,25% terhadap PDB.

Salah satu kebijakan yang telah ditempuh pemerintah terkait hilirisasi yakni larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020. Kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor komoditas hilirisasi nikel hingga mencapai USD14,53 miliar pada tahun 2022.

Dengan capaian tersebut, total neraca perdagangan produk hulu, antara, dan hilir komoditas nikel tahun 2022 juga mengalami surplus mencapai USD13,76 miliar. Lebih lanjut, Airlangga juga menerangkan bahwa kebijakan hilirisasi nikel tersebut juga berhasil menumbuhkan ekosistem industri stainless steel dengan peningkatan potensi nilai tambah dari bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel menjadi 14 hingga 19 kali lebih tinggi.

Selain itu, hasil hilirisasi nikel tersebut juga menjadi raw material dalam produksi baterai Electric Vehicle (EV) dengan nilai tambah dalam negeri mencapai 470 hingga 780 kali. Hingga saat ini, terdapat beberapa investasi seperti konsorsium Indonesia Battery Company bersama Hyundai dan LG dengan total investasi sekitar USD9,8 miliar yang mencakup produksi baterai listrik dari hulu hingga hilir.

Selanjutnya, kondisi surplus tersebut tidak hanya menyasar komoditas nikel saja melainkan juga sejumlah komoditas lainnya. Pada tahun 2022, neraca perdagangan komoditas bauksit mengalami surplus mencapai USD622 juta dan komoditas alumina juga memiliki surplus hingga USD600 juta.

“Indonesia terus berpeluang untuk menjaga rantai pasok critical minerals dan tadi saya sampaikan di forum G20, EU, maupun Indo-Pacific Economic Forum, Indonesia memastikan bahwa kita menjadi salah satu yang terdepan di perdagangan dunia. Critical minerals sangat dibutuhkan dan menjadi kunci transisi menuju energi hijau atau energi baru terbarukan, oleh karena itu Indonesia telah menetapkan beberapa komoditas yang tergolong dalam critical minerals,” jelas Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menambahkan bahwa optimalisasi terkait berbagai upaya hilirisasi tersebut perlu untuk terus dilakukan salah satunya melalui penguasaan teknologi, kepemilikan capital atau permodalan, hingga kemampuan pembiayaan pengembangan industri.

Optimalisasi tersebut dilakukan dengan tetap mengedepankan Environmental, Social and Governance (ESG). Selain itu, salah satu upaya optimalisasi yang telah dilakukan pemerintah yakni mendorong pembangunan smelter guna mengolah mineral mentah dengan memberikan berbagai insentif seperti tax holiday, tax allowance, impor barang modal serta dukungan infrastruktur dan fasilitas kemudahan lainnya.(rah)


0 Komentar