Jumat, 27 Mei 2022 11:34 WIB

PT INKA Didorong Orientasi Ekspor Supaya Bisa Tarik Uang dan Investasi

Editor : Yusuf Ibrahim
Industri kereta api. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta PT Industri Kereta Api (INKA) untuk meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri guna mendukung kebijakan pemerintah tentang penggunaan produk lokal sebagai upaya percepatan pemulihan ekonomi.

"Peningkatan penggunaan produk dalam negeri menjadi peluang bagi INKA untuk mengurangi devisa kita yang keluar," kata Bambang saat melakukan kunjungan kerja ke PT INKA (Persero) di Madiun, Jawa Timur, Kamis (26/5/2022).

Menurut Bambang, dalam situasi pandemi seperti ini negara harus menghemat devisa dan orientasinya adalah ekspor. Makanya, PT INKA didorong berorientasi ekspor supaya bisa menarik uang dan investasi.

Bambang menjelaskan dengan inovasi yang terus dilakukan, PT INKA mampu bersaing di pasar global dan menambah devisa negara. Mulai tahun 2024 pengadaan kereta rel listrik (KRL) tidak lagi bergantung kepada impor.

"Sepenuhnya bisa menggunakan produk dalam negeri dari INKA," tegas Bambang.

INKA juga terus mengembangkan tingkat penggunaan komponen dalam negeri (TKDN) sehingga dapat menurunkan harga jual. Dengan demikian memiliki peluang besar untuk masuk ke pasar ekspor.

Sesuai data, rata-rata produk kereta api buatan INKA memiliki TKDN antara 42-75 persen, tergantung jenisnya. Hal itu karena masih terdapat sejumlah komponen yang belum bisa dikerjakan di dalam negeri. 

Bambang juga mengapresiasi berbagai inovasi yang telah dilakukan INKA saat ini, sehingga tidak hanya memproduksi kereta, namun juga dapat membuat produk-produk lain seperti bus listrik, reefer container untuk hasil perikanan Indonesia, dan produk lainnya seperti pertashop.

Sementara itu, Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengatakan dengan penelitian dan pengembangan yang terus dilakukan, INKA terus berupaya agar program-program yang dilakukannya memiliki TKDN tinggi sehingga mengurangi impor.

"INKA terus berusaha memenuhi TKDN setinggi mungkin. Kalau bisa lokal, kenapa harus impor. TKDN untuk kereta penggerak, kita mencapai 42%. Sedangkan TKDN kereta barang sudah bisa 75-80%," pungkas Budi Noviantoro.(fik)


0 Komentar