Senin, 31 Januari 2022 14:45 WIB

Tentara Bayaran Tiba di Ukraina Berkedok Instruktur Militer Asing

Editor : Yusuf Ibrahim
Tentara Ukraina. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com-Ada peningkatan jumlah tentara bayaran di Ukraina tenggara (Donbass), yang tiba di sana dengan kedok instruktur militer asing.

Perkembangan ini semakin memperparah ketegangan di wilayah itu. Tuduhan itu diungkapkan Pemimpin Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan kemerdekaan dari Ukraina, Leonid Pasechnik, mengatakan kepada Sputnik pada Senin (31/1/2022).

"Ini bukan rahasia sama sekali, itu adalah data resmi bahwa ratusan instruktur asing dari negara-negara NATO berdalih rotasi di wilayah Ukraina ... Selain itu, tentara bayaran langsung juga tiba di Ukraina dengan kedok instruktur," ungkap Pasechnik.

Dia menunjukkan, “Ketika negara-negara Barat mengatakan mereka mengirim 200 instruktur ke Kiev bersama persenjataan, untuk membantu melatih prajurit Ukraina, kemungkinan bahwa para pelatih ini adalah spesialis yang khusus dari perusahaan militer yang, jika terjadi penggunaan konflik, dapat menggunakan persenjataan yang disediakan di jalur kontak di Donbass.”

"Dan saya bisa memberitahu Anda bahwa itu sama sekali tidak dijamin bahwa para instruktur tentara bayaran ini akan mematuhi setidaknya beberapa perintah komandan Ukraina. Mereka memiliki majikan sendiri dan tugas mereka sendiri," ungkap Paschnik kepada Sputnik.

Departemen Tantangan dan Ancaman Baru Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan keprihatinan atas laporan kegiatan oleh perusahaan militer swasta Amerika Serikat (PMC) di Ukraina tenggara.
 

Menurut LPR, ada tentara bayaran dari Academi (Blackwater) PMC di Donbass. Ketegangan di wilayah ini terus meningkat selama beberapa pekan terakhir, karena AS dan Inggris mengklaim Rusia sedang merencanakan invasi Ukraina. Moskow membantah tuduhan itu, menyebut itu berita palsu dan menuduh Barat merencanakan provokasi di Donbass.

Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan mencatat negara-negara NATO "memompa" Ukraina dengan senjata baru, yang menciptakan ancaman keamanan bagi Rusia. Konflik di Ukraina timur dimulai pada musim semi 2014 setelah Donetsk dan Lugansk memproklamirkan kemerdekaan mereka.

Pihak berwenang Ukraina meluncurkan operasi militer untuk mencoba menghancurkan pasukan pendukung kemerdekaan di timur negara itu setelah kudeta yang didukung Barat Februari 2014 di Kiev. Perang itu mengarah pada kematian hingga 31.000 orang, dengan puluhan ribu orang lebih terluka, dan lebih dari 2,5 juta penduduk terlantar secara eksternal atau internal.(kah)


0 Komentar