Selasa, 25 Januari 2022 13:45 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com-Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menyebut rumah tahanan bagi teroris overload atau melebihi kapasitas.
Hal itu terjadi karena banyaknya teroris yang tertangkap menyusul kebijakan upaya preventif strike atau pencegahan terhadap aksi terorisme.
"Adanya kebijakan upaya-upaya pencegahan yang maksimal, atau preventif strike yang penegakan hukum mulai dari level-level pencegahan yang pada akhirnya kita juga mengalami juga overload pada rutan-rutan yang berkaitan dengan penampung menampung kejahatan para tersangka terorisme," kata Boy dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (25/1/2022).
Kemudian, Boy menjelaskan, terdapat titik operasi penemuan terduga teroris yang relatif sulit diakses, karena terbatasnya sarana prasarana. Di mana, hal ini juga berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasi di lapangan seperti salah satunya di Poso.
Sementara, anggaran BNPT harus dipangkas Rp130 miliar akibat refocusing yang membuat BNPT harus mengurangi program-program di masyarakat. "Itu lumayan mengurangi program-program kami di masyarakat," ungkapnya.
Namun, kata mantan Kapolda Papua ini, dengan semangat sinergitas dan semangat pemberdayaan masyarakat luas BNPT akhirnya mendapatkan dukungan-dukungan yang sangat berarti. "Sehingga keterbatasan dalam anggaran kami cari solusi agar masyarakat luas ikut mendukung," ungkapnya.
Apalagi, pada umumnya BNPT mendapatkan respons yang baik dari masyarakat ketika berbicara tentang NKRI dan Pancasila. Bahkan, mereka mendukung narasi-narasi untuk meniadakan narasi-narasi yang jauh dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Termasuk juga fenomena di dunia maya yang mana, banyak konten-konten kebencian, hoaks dam misinformasi. "Tentunya kita perlu dilakukan upaya-upaya bersama dengan seluruh masyarakat luas kemudian dalam program pencapaian sasaran program prioritas yang ke depan tentu," kata Boy.(kah)