Senin, 13 Desember 2021 10:19 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com-Media yang dikelola pemerintah China, The Global Times, memperingatkan Washington bahwa Beijing tidak akan ragu menyerang pasukan Amerika Serikat (AS) jika mereka mencoba mencegah reunifikasi China dengan Taiwan.
The Global Times mengutip pernyataan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada Selasa (7/12/2021), saat dia mengatakan, “AS akan mengambil setiap tindakan yang dapat kita ambil, dari sudut pandang pencegahan dan diplomasi untuk mencegah skenario di mana China mengambil alih Taiwan secara militer.”
Pesan itu digaungkan pada hari yang sama oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang memperingatkan China bahwa skenario militer vis-a-vis Taiwan akan menjadi “kesalahan yang sangat serius.”
Namun, outlet China menduga jaminan Sullivan tidak boleh ditafsirkan sebagai “manifesto kebijakan AS,” karena “AS tidak bisa membangun pencegah untuk mencegah daratan China melakukan reunifikasi dengan paksa bila perlu.”
Media China itu selanjutnya mengklaim Washington tidak benar-benar memiliki “keinginan untuk membela Taiwan dengan segala cara.”
Artikel itu mengambil sikap yang lebih agresif ketika menyatakan “kredibel” bahwa pasukan AS, jika mereka datang untuk menyelamatkan Taiwan, akan “diserang keras” oleh Tentara Pembebasan Rakyat China jika “penyatuan kembali dengan kekuatan” benar-benar terjadi.
The Global Times memperkirakan, “Sullivan kemungkinan akan mengingat atau meremehkan pernyataannya nanti, karena AS tidak mampu membela Taiwan dengan mengorbankan perang yang mematikan."
Media itu memperingatkan, "Penyatuan kembali dengan kekuatan pasti akan terjadi kecuali Washington meyakinkan pihak berwenang Taiwan untuk menerima konsep 'satu negara, dua sistem' dan terlibat dengan China daratan di jalur reunifikasi damai."
Artikel tersebut menyalahkan Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan, yang berkuasa pada 2016, untuk eskalasi. Media itu menambahkan situasinya mungkin sudah melampaui titik tidak bisa kembali.
Media itu mengakhiri artikel tersebut dengan menasihati Sullivan, “untuk menimbang kata-katanya dengan hati-hati ke depan dan tidak bermulut besar, jangan sampai dia membuat lebih banyak rasa malu untuk AS.”
Beijing melihat Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari China. Namun, pulau itu menganggap dirinya merdeka sejak 1949, ketika pihak yang kalah dalam perang saudara China melarikan diri ke sana ketika pasukan komunis mengambil alih daratan.
Saat Taiwan secara resmi diakui oleh lebih dari selusin negara, Taipei menikmati kemitraan strategis dengan AS.
Washington menjual senjata kepada otoritas Taiwan dan memberi mereka dukungan diplomatik. Ketegangan antara China daratan dan Taiwan telah meningkat secara bertahap selama beberapa tahun terakhir, dengan Beijing mengadakan latihan militer besar-besaran di dekat pulau itu.(kah)