Rabu, 11 Agustus 2021 23:58 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tidak menyesali keputusannya menarik pasukan dari Afghanistan, saat Taliban terus membuat kemajuan.
Biden mendesak para pemimpin Afghanistan untuk bersatu dan "berjuang untuk bangsa mereka". Kekerasan telah meningkat di Afghanistan sekarang saat pasukan asing pimpinan AS ditarik setelah 20 tahun operasi militer.
Taliban telah mengambil alih delapan dari 34 ibu kota provinsi negara itu, dan mengancam lebih banyak wilayah lagi. Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (10/8), Biden mengatakan AS memenuhi komitmen yang telah dibuatnya ke Afghanistan, seperti memberikan dukungan udara jarak dekat, membayar gaji militer serta memasok pasukan Afghanistan dengan makanan dan peralatan. Tapi dia berkata, "Mereka harus berjuang untuk diri mereka sendiri."
Lebih dari 1.000 warga sipil tewas di tengah pertempuran sengit antara Taliban dan pasukan pemerintah dalam sebulan terakhir, menurut PBB.
Badan anak-anak Unicef memperingatkan pekan ini bahwa kekejaman yang dilakukan terhadap anak-anak tumbuh semakin tinggi dari hari ke hari. Dalam kemajuan besar terbaru, gerilyawan Taliban merebut dua ibu kota provinsi lagi yakni kota Farah dan Pul-e-Khumri pada Selasa (10/8).
Para pejabat mengatakan gerilyawan telah mengibarkan bendera mereka di alun-alun utama dan di kantor gubernur di Pul-e-Khumri, ibu kota provinsi Baghlan, yang terletak sekitar 200 km dari ibu kota Kabul.
Seorang jurnalis lokal dan anggota dewan provinsi mengatakan kepada BBC bahwa kota barat Farah juga telah jatuh ke tangan Taliban.
Keuntungan lain oleh Taliban pekan ini termasuk kota utama Kunduz di utara. Kota itu dianggap sebagai pintu gerbang ke provinsi-provinsi yang kaya mineral dan berada di lokasi penting yang strategis dekat perbatasan dengan Tajikistan, yang digunakan untuk penyelundupan opium dan heroin.
Pertempuran sengit berlanjut di bagian lain negara itu, dan pesawat AS dan Afghanistan telah melakukan serangan udara. Saat pertempuran berkecamuk, ribuan orang telah meninggalkan rumah mereka. "Kami melihat mayat-mayat tergeletak di dekat penjara, ada anjing di sebelah mereka," ujar seorang wanita yang meninggalkan Kunduz saat Taliban mengambil alih.
Penduduk yang masih berada di kota itu mengatakan toko-toko mulai dibuka kembali ketika gerilyawan Taliban memusatkan perhatian mereka pada pasukan pemerintah yang telah mundur ke bandara. "Orang-orang membuka toko dan bisnis mereka, tetapi Anda masih bisa melihat ketakutan di mata mereka," papar salah seorang.
Taliban telah menolak seruan internasional untuk gencatan senjata dengan pasukan pemerintah Kabul. Kepala Staf Pertahanan Inggris Jenderal Sir Nick Carter mengatakan kepada BBC bahwa jika negara terpecah, "kondisi ideal" dapat muncul untuk terorisme internasional dan ekstremisme kekerasan.(kah)