Sabtu, 10 April 2021 15:19 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Hilangnya pesawat Malaysia AirlinesMH370 secara misterius memicu banyak teori, termasuk teori konspirasi, tentang nasibnya. Pasalnya, baik bangkai pesawat maupun penumpangnya tidak ditemukan.
Pemerintah Malaysia sendiri gagal untuk mengetahui penyebab yang memaksa pesawat untuk mengubah arah terbangnya. Kini setelah hilang selama tujuh tahun, muncul sebuah metode baru yang coba mengungkap lokasi jatuhnya pesawat nahas itu. Menurut pakar penerbangan Richard Godfrey, hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 memicu "radio tripwires" yang akhirnya dapat mengungkapkan lokasi sebenarnya.
"Pesawat Malaysia Airlines MH370 berkelana ke bagian selatan Samudra Hindia pada jam-jam terakhirnya," kata Godfrey dalam laporannya baru-baru ini menggunakan data yang dia peroleh dari metode baru pelacakan pesawat yang hilang pada 8 Maret 2014 itu.
Godfrey mengandalkan penelitiannya pada log Weak Signal Propagation (WSPR) - jaringan global penggemar radio, yang mengirim transmisi berdaya rendah pendek pada pita frekuensi menengah dan tinggi untuk menguji jalur propagasi.
Transmisi ini dapat terpengaruh dan terdistorsi oleh rintangan, seperti pesawat yang melintasi jalur perambatannya. "Jadi dengan mempelajari transmisi WSPR (juga disebut "whisper") dari daerah sekitar tempat MH370 menghilang dari radar, dan anomali di dalamnya, seseorang dapat mengurangi jalur Boeing yang hilang," jelas Godfrey.
"WSPR seperti sekumpulan tripwires atau sinar laser, tetapi mereka bekerja di segala arah di cakrawala ke sisi lain dunia. Semua Radar di Atas Horizon serupa dengan WSPR, ia juga menggunakan gelombang radio HF yang memantul dari ionosfer dan secara efektif merupakan sistem deteksi tripwire yang sangat canggih," kata pakar penerbangan itu seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (10/4/2021).
Menurut Godfrey memilih distorsi untuk pesawat tertentu adalah hal yang rumit, yang pada dasarnyamirip dengan "mencari jarum di tumpukan jerami." Ini dikarenakan seseorang harus mempelajari jalur penerbangan yang didokumentasikan dan kerangka waktu perjalanan dari semua pesawat yang melintas sinyal "tripwire" WSPR dan membandingkan data dengan anomali dalam pembacaan WSPR.
Ketika semua penerbangan yang didokumentasikan dikecualikan, hanya distorsi yang disebabkan oleh pesawat yang hilang yang keluar dari jaringan yang akan tetap ada.
Godfrey masih mengerjakan menentukan momen, di mana MH370 melintasi sinyal WSPR di wilayah udara di atas Malaysia dan Indonesia. Namun, area di mana MH370 pergi setelah menghilang dari radar, relatif bebas lalu lintas udara sehingga pakar penerbangan tidak kesulitan menemukan delapan "tripwires" WSPR, yang dilintasi tempat itu.
Jalur penerbangan pesawat itu, yang ditarik Godfrey dengan menghubungkan titik-titik, di mana MH370 konon melintasi gelombang udara penggemar radio, menunjukkan bahwa pesawat Boeing 777-200ER yang hancur itu menghilang di suatu tempat di bagian selatan Samudra Hindia.
Indikasi bahwa pesawat MH370 jatuh di bagian Samudera ini bukanlah hal baru. Daerah tersebut menjadi situs pencarian utama setelah pihak berwenang menganalisis data dari satelit Inmarsat yang dengannya sistem otomatis Boeing yang hilang terus berkomunikasi bahkan setelah pilot pesawat mematikan alat komunikasi lain dan pelacakan serta keluar dari jaringan radar.
Godfrey mengatakan bahwa temuannya sangat mendukung anggapan bahwa sisa-sisa MH370 terletak di dasar laut di suatu tempat di wilayah itu.
Namun, beberapa tahun pencarian di perairan selatan Samudra Hindia tidak membuahkan hasil. Satu-satunya bagian dari pesawat MH370 yang ditemukan adalah sepotong flaperon di pantai pulau Reunion, sebelah barat area pencarian. Akhirnya, pihak berwenang Malaysia membatalkan pencarian, namun gagal menentukan penyebab yang memaksa pilot untuk membalikkan pesawat.
Kecelakaan ini, pada gilirannya, memicu banyak teori konspirasi tentang nasib pesawat dan bahkan mendorong setidaknya satu ekspedisi yang didanai penggemar MH370, yang gagal menemukan puing-puing pesawat Boeing itu.(kah)