Selasa, 16 Maret 2021 20:21 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo secara terbuka ”menyerang” Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko.
Gatot menyebut apa yang dilakukan seniornya itu terhadap Partai Demokrat tidak mencerminkan moral etika seorang prajurit. Hal ini disampaikannya dalam sebuah wawancara yang ditayangkan saluran youtube jurnalis Arief Munandar.
”Saya ingatkan dengan niat untuk tetap menjaga moral dan kehormatan prajurit TNI, saya sungguh ingin membuat garis batas yang tegas,” ujar Gatot ketika menjawab pertanyaan soal sikap Moeldoko dan Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit dalam video yang dikutip, Selasa (16/3/2021).
Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu mengaku sama sekali tidak menyangka bahwa Moeldoko bakal mau menerima ajakan untuk mencaplok Partai Demokrat saat ini. Sebab Gatot merasa tahu betul bahwa apa yang ditawarkan melanggar etika moral, sebuah nilai yang tertanam kuat pada setiap prajurit.
”Saya hampir tidak percaya beliau mau. Mengapa? Karena beliau adalah senior saya di akademi militer, berarti beliau juga ikut membentuk saya, beliau juga peraih adhi makayasa dan saya pernah menjadi anak buahnya,” ujar dia.
Menurut Gatot, dengan seluruh atribut yang melekat itu, sangat sulit baginya menerima kenyataan bahwa Moeldoko akhirnya menghadiri forum yang diklaim sebagai KLB, dan menerima saja ketika didaulat menjadi ketua umum Partai Demokrat.
”Susah bagi saya untuk menduga bahwa mantan panglima TNI bersangkutan akan melakukan tindakan sebagaimana kita saksikan bersama pada tanggal 5 Maret 2021,” tutur dia.
Gatot mengaku tak ingin masuk wilayah politik berkaitan dengan KLB tersebut. Tetapi sebagai purnawirawan TNI dia ingin menjaga mentalitas dan moralitas seluruh prajurit TNI. Sebab hanya dengan nilai moral itulah prajurit TNI selama ini mampu melaksanakan tugas dengan baik, di tengah keterbatasan.
”Saya ingin menggarisbawahi bahwa apa yang beliau lakukan sama sekali tidak mencerminkan kualitas etika, moral, dan kehormatan yang dimiliki seorang prajurit. Apa yang beliau lakukan tidak merepresentasikan kualitas etika, moral, serta kehormatan prajurit TNI, ingat itu. Saya perlu menyampaikan ini untuk mencegah nila setitik merusak susu sebelanga,” kata Gatot.(kah)