Kamis, 12 November 2020 20:57 WIB

Hamilton Dinilai Semakin Matang dan Tak Lakukan Kesalahan

Editor : Yusuf Ibrahim
Lewis Hamilton. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnes.com- Driver Mercedes, Lewis Hamilton di ambang sejarah menyamai rekor Michael Schumacher sebagai pembalap F1 dengan jumlah gelar juara dunia terbanyak.

Hamilton hanya terpaut satu gelar dibandingkan Schumacher dengan tujuh gelar. Hamilton akan mengunci gelar ketujuh sepanjang kariernya, menyusul kemenangan kesembilannya dari 13 balapan musim ini. Pembalap asal Inggris itu tinggal bertarung dengan rekan satu timnya, Valtteri Bottas, dengan jarak 85 poin. 

Kalkulasinya, dengan maksimal 104 poin tersisa di empat balapan terakhir musim ini, Hamilton butuh mengamankan jarak 78 poin dari Bottas. Sementara yang dilakukan Bottas hanya menunda selebrasi rekan satu timnya itu dengan mengurangi defisitnya menjadi 77 poin di Turki demi menjaga hitungan matematis sampai ketiga balapan terakhir.

Tapi, jika Hamilton mendapatkan kemenangan ke-10 musim ini, dia akan menjadi juara, tanpa melihat posisi Bottas. Hamilton juga bisa juara asal Bottas tidak meraih kemenangan dan mengambil poin bonus sebagai pembalap tercepat. Masalahnya, musim ini, Bottas hanya dua kali memenangkan balapan, yaitu di Austria dan Rusia. Saat itu, Hamilton finis di urutan keempat dan ketiga.

Mengunci gelar akan menandai pencapaian penting bagi Hamilton dalam menyamai rekor yang tak tertandingi sejak Schumacher melakukannya pada 2006. Sementara menyamai atau mengalahkan rekor dunia Schumacher dianggap sebagai pencapaian mustahil. “Benar-benar gila, bagi saya, menggantikan Schumacher yang merupakan posisi yang aneh,” kata Hamilton, setelah memenangkan Grand Prix Emilia Romagna.

Pencapaian Hamilton bukan tanpa proses panjang. Mantan rekan satu timnya di McLaren, Jenson Button, mengungkapkan bagaimana transformasi pembalap berusia 35 tahun tersebut. Menurut dia, banyak yang berubah dari Hamilton. Salah satunya tingkat kematangan. 

Keduanya adalah rekan satu tim di McLaren selama tiga musim antara 2010 dan 2012, sebelum berpisah karena Hamilton pindah Mercedes pada 2013. “Hamilton adalah Hamilton yang berbeda dari apa yang saya tahu,” kata Button, mengenang, dikutip Crash.

Bicara kecepatan, lanjut Button, Hamilton adalah pembalap cepat. Namun, dulu, dia tidak bisa mengambil keputusan tepat saat balapan berlangsung dan sering melakukan kesalahan sendiri. Hamilton cepat saat kualifikasi. Namun, begitu balapan sering membuat kesalahan atau tidak mengerti bagaimana berpindah dari A ke B secepat mungkin.

Dia selalu mencoba dan melakukan setiap putaran secepat mungkin, tapi menghancurkan ban dan menggunakan bahan bakar secara berlebihan karena memilih strategi yang salah. “Tapi, sekarang Hamilton benar-benar berbeda. Dia tidak melakukan (kesalahan) itu,” ujar Button.

Sementara itu, Kepala Ferrari Mattia Binotto sedang mempertimbangkan melewatkan beberapa dari empat balapan tersisa di musim F1 2020 untuk fokus pada persiapan untuk 2021. Semua dipicu catatan buruk pabrikan asal Italia itu. Mereka mencatat hasil terburuknya di F1 selama lebih dari tiga dekade dengan tim saat ini duduk di urutan keenam dalam kejuaraan konstruktor dengan 103 poin. 

Binotto mengonfirmasi dirinya mungkin akan mundur sementara dari perannya mengawasi operasional trek selama acara Grand Prix untuk kembali ke pabrik saat pekerjaan mobil tahun depan dimulai. Dia mungkin tidak hadir di beberapa atau bahkan semua dari empat putaran terakhir, dimulai dengan Grand Prix Turki akhir pekan ini.

“Anda harus selalu menyeimbangkan tugas Anda di arena pacuan dan di pabrik. Saya pikir saya tidak akan mengikuti semua balapan. Bahkan, pada tahun 2020, saya sudah mempertimbangkan untuk melewatkan beberapa balapan di paruh terakhir musim mulai dari Turki,” ujar Binotto, dilansir Crash.(mir)


0 Komentar