Jumat, 17 April 2020 13:15 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Virus corona menginfeksi saluran pernapasan dengan menyebabkan peradangan pada paru-paru.
Namun dokter di seluruh dunia melihat adanya bukti yang menunjukkan virus Corona bisa menyebabkan peradangan pada jantung dan penyakit ginjal akut. Selain itu virus Corona COVID-19 ini juga menyebabkan kerusakan neurologis, pembekuan darah, kerusakan usus, dan masalah hati. Perkembangan itu telah mempersulit perawatan kasus virus Corona COVID-19 dengan gejala parah. Proses pemulihan pun dinilai menjadi terhambat.
Mengutip Washington Post, para ahli dan dokter menyebut hal ini ada kaitannya dengan efek dari 'badai sitokin', respons sistem kekebalan yang menyerang tubuh di mana menyebabkan kondisi yang parah.
"Hampir separuh orang yang dirawat di rumah sakit karena virus Corona mengalami kerusakan dini pada ginjal mereka," kata Alan Kliger, ahli nefrologi di Yale School of Medicine yang juga menjadi ketua satuan tugas membantu pasien dialisis dengan koinfeksi.
Alan Kliger menambahkan, data awal menunjukkan 14 hingga 30 persen pasien di perawatan intensif New York dan Wuhan mengalami gangguan fungsi ginjal dan membutuhkan dialisis karena masalah ginjal berkelanjutan ini membutuhkan perawatan lainnya. "Saya pikir sangat mungkin virus menempel pada sel-sel ginjal dan menyerang mereka," tambahnya.
Menurut sebuah makalah para ilmuwan di Wuhan yang diterbitkan 9 April lalu, para peneliti di Wuhan melakukan otopsi pada orang yang meninggal karena virus Corona COVID-19. Mereka menemukan bahwa 9 dari 26 orang memiliki cedera ginjal akut dan tujuh di antaranya memiliki partikel virus Corona di ginjal mereka.
"Itu menimbulkan kecurigaan yang sangat jelas bahwa setidaknya sebagian dari cedera ginjal akut yang kita lihat disebabkan oleh keterlibatan virus langsung dari ginjal, yang berbeda dari apa yang terlihat dalam wabah SARS pada tahun 2002," kata Paul M Palevsky, nephrologist Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh dan presiden terpilih dari National Kidney Foundation.
Namun masih ada kemungkinan penyebab lain kerusakan organ dan jaringan yang harus diselidiki. Beberapa di antaranya adalah karena gangguan pernapasan, obat-obatan yang diterima pasien, demam tinggi, stres rawat inap di ICU dan dampak badai sitokin yang mungkin dialami.
Virus itu juga bisa merusak jantung. Dokter di China dan New York telah melaporkan miokarditis, peradangan otot jantung, dan, lebih berbahaya, irama jantung yang tidak teratur yang dapat menyebabkan henti jantung pada 19 pasien.
"Mereka tampaknya melakukan dengan sangat baik sejauh status pernapasan berjalan, dan kemudian tiba-tiba mereka mengembangkan masalah jantung yang tampaknya tidak sebanding dengan masalah pernapasan mereka," kata Mitchell Elkind, ahli saraf Universitas Columbia dan presiden terpilih dari American Heart Asosiasi.(ist)