Jakarta, Tigapilarnews.com - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tertantang untuk mempromosikan dan membudayakan permainan-permainan tradisional atau permainan rakyat dan musik anak-anak di era milenial ini. Pasalnya, semuanya itu sudah tidak diminati oleh anak-anak zaman now atau milenial. Mereka kini lebih minat bermain dengan gadgetnya dengan memainkan game online.
Hal ini cukup miris karena game online ini memutus interaksi antar anak-anak yang seharusnya hal ini menjadi perhatian khusus semua pihak. Tidak hanya para guru-guru di sekolah, tetapi para orangtua juga harus memperhatikannya. Pasalnya, apabila gadget tidak disalahgunakan pemakaiannya, maka itu bisa berdampak negatif terhadap anak-anak.
Berbeda dengan permainan tradisional anak-anak yang lebih menitikberatkan pada interaksi. Anak-anak usia sekolah ini sangat butuh berinteraksi dengan banyak orang agar karakter si anak ini terbangun dengan baik. Begitu juga dengan musik anak-anak. Musik orang dewasa yang kini juga diminati oleh anak-anak, membuat karakter si anak tidak sesuai dengan usianya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilman Farid, mengatakan pihaknya saat ini sudah memasukan atau mempromosikan permainan tradisional ke sekolah-sekolah. Yang dipromosikan adalah permainan tradisional yang tidak memerlukan keahlian khusus. Apalagi sejak Pekan Kebudayaan Nasional muncul di tingkat nasional. Event akan diselenggarakan pada 7-13 Oktober 2019, dan berlokasi di Istora Senayan, Komplek Gelora Bung Karno Jakarta.
Dalam event itu akan ada kompetisi permainan rakyat berbasis Objek Pemajuan Kebudayaan dari daerah hingga pusat. Melibatkan banyak pihak mulai dari provinsi hingga ke sekolah-sekolah, sejumlah permainan rakuat yang dilombakan antara lain: Gobak Sodor, Terompah Panjang, Egrang dan Lari Balok.
"Sekarang anak-anak sudah tidak kenal permainan tradisional, itu tantangan kita bagaimana membawa itu. Sejauh ini kita bawa ke sekolah-sekolah sambutannya baik," kata Hilman Farid di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
Menurut Hilman, awalnya anak-anak di sekolah ragu memainkannya karena tidak tahu persis permainannya dan tidak biasa beraktivitas fisik. Kecuali hanya di mata pelajaran olahraga anak-anak beraktivitas fisik. Ketika jam waktu istirahat sekolah, mereka pada sibuk dengan gadgetnya. Tidak beraktivitas fisik.
"Justru ini yang akan kita perlihatkan permainan rakyat ini masuk ke sekolah mengalihkan keresahan semua orang main gadget," ujarnya.
Melarang anak-anak bermain gadget, sebut Hilman, tidak mungkin dilakukan. "Dari pada melarang, kita kasih alternatif ini loh yang tidak kalah serunya. Mereka masih bisa menggunakan teknologi itu untuk sebarluaskan," tuturnya.
Hilman memaparkan kendala mempromosikan permainan tradisional ini ke sekolah-sekolah. Pertama, ruang terbatas seperti tidak semua sekolah memiliki lapangan atau fasilitas yang cukup untuk anak-anak mempermaikan permainan tradisional. Kedua, keterbatasan dalam pelajarannya yang fokusnya kognitif bersifat pengembangan diri untuk berinteraksi kegiatan fisik terbatas pelajaran olahraga.
"Jadi ada problem sistem di kita yang pelan-pelan kita perbaiki," ungkapnya.
Hilman menambahkan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy mempunyai program kegiatan pendidikan karakter. Semuanya itu nantinya akan mengarah pada permainan tradisional.
Begitu juga dengan musik anak-anak yang sudah tidak diminati oleh anak milenial. Hilman mengatakan pihaknya kerjasama dengan dendang kencana inisiatif beberapa musisi, berkomunikasi dengan musisi cilik zaman dulu. "Musik anak ini jadi forum anak-anak. Kadang orang dewasa memikirkan apa musik yang bagus untuk anak-anak, tetapi lupa anaknya tidak dilibatkan," jelasnya.
Hilman juga mengatakan bahwa tidak mungkin juga anak-anak dibatasi untuk mendengarkan musik orang dewasa. "Pembatasan tidak mungkin, kita berharap dengan intervensi ini, lagu anak bisa mendapat tempat kembali," pungkasnya.