Rabu, 13 Februari 2019 13:30 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan dirinya bisa memperpanjang batas waktu negosiasi perdagangan antara AS dan China yang seharusnya dipatok 1 Maret, mendatang demi mencapai kesepakatan.
Namun dengan syarat pembicaraan lanjutan pekan ini membuahkan kemajuan yang baik. Para pejabat perdagangan China dan AS sedang menggelar pembicaraan tingkat tinggi pekan ini, dengan tujuan untuk menghentikan perang dagang yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Pejabat AS sebelumnya mengatakan 1 Maret adalah tenggat waktu yang sulit untuk mencapai kesepakatan, dalam upaya menghindari perang tarif lanjutan.
Seperti diketahui kedua ekonomi terbesar dunia tersebut telah saling memberlakukan bea masuk atas produk satu sama lain senilai miliaran dolar. Dilansir BBC, Rabu (13/2/2019) pembicaraan babak baru dimula pekan ini di Beijing.
Diskusi tinggi tinggi itu, dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Wakil Perdana Menteri China Liu He, kembali akan dimulai pada hari Kamis karena kedua belah pihak bergegas untuk membuat kemajuan sebelum batas waktu 1 Maret.
"Jika kita mendekati kesepakatan, di mana kita pikir dapat membuat kesepakatan dan itu akan selesai. Saya bisa melihat diri saya membiarkan mundur untuk sementara waktu. Tapi secara umum, saya tidak cenderung akan melakukan itu," kata Trump mengacu pada batas waktu 1 Maret.
AS sendiri telah mengenakan tarif terhadap produk-produk asal China senilai USD250 miliar dan China membalasnya lewat penerapan bea atas produk-produk AS senilai USD110 miliar. Pada bulan Desember, kedua negara sepakat untuk gencatan perang dagang dan kemudian menghentikan pengenaan tarif baru selama 90 hari untuk memungkinkan terjadinya perundingan.
Kubu Paman Sam -julukan AS- telah mengutarakan akan menaikkan tarif tarif impor China senilai USD200 miliar dari 10% menjadi 25% jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan pada 1 Maret 2019, mendatang. Trump juga mengancam tarif lebih lanjut untuk produk-produk China senilai USD267miliar.
Washington mendesak Beijing untuk membuat perubahan pada kebijakan ekonominya, yang menurutnya secara tidak adil menguntungkan perusahaan domestik melalui subsidi dan dukungan lainnya.
AS juga menuding pemerintah Beijing mendukung pencurian teknologi sebagai bagian dari strategi membuat pengaruh yang lebih luas.(ist)