Rabu, 30 Januari 2019 09:44 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pengaruh politik uang (money politic) dalam Pemilu Legislatif (Pilleg) diperkirakan tak lebih dari 12%. Karena yang cukup menentukan agar Caleg bisa lolos ke DPR adalah faktor “kedikenalan” dan “kedisukaan”.
“Dari penelitian saya pada Pemilu 2014, pengaruh politik yang hanya sekitar 10%-11%, tidak lebih dari itu,” kata Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi dalam peluncuran buku “Winning Strategy : Trend Pemilihan Legislatif 2019”, Karya Bonggas Adhi Chandra di Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Hadir pula anggota DPR F-PDIP Andreas Pareira, Yunarto Wijaya-Direktur Eksekutif Charta Politika. Sementara Bonggas sendiri juga sebagai Dosen FISIP Universitas Paramadhina, Jakarta.
Lebih jauh kata Burhanuddin, dari penelitian lapangan pada Pemilu 2014, pemilih yang mencoblos caleg mencapai sekitar 71%, sementara yang mencoblos partai politik hanya 29%.
“Lagi-lagi ini faktornya karena design institusional, kita menggunakan open list proporsional. Jadi caleg harus kerja keras untuk dirinya sendiri,” tambahnya.
Dosen FISIP Universitas Islam Syarif Hidayatullah (UIN Syahid) ini menjelaskan para caleg tentu akan memaksimalkan sesuai dengan basis keterpilihannya di daerah pemilihannya.
“Caleg seperti Pak Andreas dari PDIP tentu sulit masuk ke basis pesantren. Begitupun dengan dengan caleg PKB, juga sulit masuk basis minoritas. Meski Gus Dur banyak berkampanye soal pluralisme.
Burhan memberikan contoh lain, sebut saja seorang Marwan Jakfar-caleg PKB yang bertarung pada Dapil Jateng III, tentu akan menggenjot kampanyenya di daerah Pati, karena memang daerah itu sebagai basis pesantren. Kalaupun mau melebarkan sayap hanya sekitar Rembang.
“Karena daerah sekitar Blora dan Grobogan itu mayoritas kaum Abangan, basisnya PDIP,” imbuhnya.
Sementara itu, Bonggas tak membantah faktor money politik cukup kecil dalam menentukan caleg lolos ke DPR. “Pilleg 2019 kali ini memang lebih ketat. Karena lebih banyak parpol yang ikut pemilu, awalnya pada 2014 sekitar 12 parpol, tapi kini 2019, menjadi 16 parpol,” terangnya.
Lebih jauh kata Alumnus University of Queesland, Australia ini memperkirakan ada sekitar 200.000 caleg yang gugur, alias tidak lolos menjadi anggota legislatif. “Paling yang lolos itu sekitar 20.392 orang, untuk DPR RI, DPRD I dan DPRD II,” imbuhnya. (Zar)