Minggu, 16 September 2018 01:54 WIB
Ankara, Tigapilarnews.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, bahwa Turki akan mempercepat proses pembelian sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia yang sangat canggih, dalam waktu singkat.
Sedangkan Turki sebagai anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendapat tantangan dari sesama anggota NATO lainnya, ketika Turki memutuskan membeli sistem rudal S-400 dari Rusia.
Pernyataan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di lembaga think tank konservatif Heritage Foundation di Washington, Amerika Serikat. Namun, sepeti dilansir Hurriyet Sabtu (15/9/2018).
Pembelian sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia tersebut telah menjadi kekhawatiran negara-negara sekutu Ankara di NATO, termasuk AS yang mengecam keputusan tersebut.
"Turki membutuhkan S-400 dan kesepakatan telah dilakukan. Kami akan memilikinya dalam waktu dekat," kata Erdogan di kota barat Balikesir, Jumat (31/8/2018), dilansir AFP.
Pada April lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui percepatan dalam proses pengiriman pertama S-400 ke Turki yang sebelumnya dijadwalkan awal 2020 menjadi pada tahun 2019 mendatang.
Rosoboronexport sebagai produsen sistem rudal berkode NATO Sa-21 Growler itu menyatakan bakal melakukan pengiriman di 2019. CEO Rosoboronexport, Alexander Mikheev, menyebut ada tenggat waktu yang harus dipatuhi ketika meneken kontrak penjualan dengan Turki.
S-400 adalah sistem rudal yang bisa merontokkan pesawat tempur lawan dari jarak 400 kilometer dan rudal balistik dari jarak 60 kilometer. Sistem tersebut terdiri dari radar multifungsi, sistem pendeteksi mandiri, rudal anti-serangan udara, tabung peluncur, dan kendaraan komando.
S-400 mampu menembakkan empat jenis rudal, tergantung target yang dihadapi, untuk memberikan pertahanan berlapis. Pada April lalu, pejabat militer anonim berujar, pasukan Rusia mendapat rudal jenis baru yang bisa menghancurkan sasaran di orbit rendah.
Sebuah unit S-400 dapat mendeteksi target dari jarak 600 kilometer, dan mampu menghancurkan 36 sasaran secara simultan. Sistem pertahanan ini diklaim dua kali lebih efektif dari pendahulunya, S-300, dan bisa disiagakan hanya dalam waktu 5 menit. Dikembangkan sejak akhir 1980-an, S-400 mengalami penyempurnaan proyek pada Februari 2004. Kemudian pada 2007, sistem itu diaktifkan secara resmi.
Stoltenberg mengaku tak bisa berbuat banyak karena pembelian itu merupakan keputusan Turki sebagai negara.
Politisi asal Norwegia itu menjelaskan betapa pentingnya Turki sebagai anggota NATO maupun sebagai sekutu secara geografis. Dia memaparkan, Ankara berkontribusi besar ketika melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), maupun menerima pengungsi Suriah.
"Mereka menerima jutaan pengungsi, dan mengimplementasikan perjanjian dengan Uni Eropa untuk mengatur arus migran di Laut Aegea," ujar Stoltenberg. Karena itu, dia mengaku memahami jika terdapat perselisihan antara Turki dan AS soal pembelian sistem pertahanan anti-serangan udara itu.