Jumat, 07 September 2018 02:27 WIB
Moskow, Tigapilarnews.com - Rusia menggelar latihan militer terbesar di Laut Mediterania dekat Suriah, setelah menuduh Amerika Serikat (AS) tengah berencana untuk merekayasa serangan senjata kimia di wilayah yang dikuasai pemberontak di Suriah.
Pihak Kremlin menuding, AS menggunakan dalih serangan senjata kimia untuk mendiskreditkan pemerintahan Bashar al-Assad yang didukung Rusia.
Komandan Angkatan Laut Rusia, Vladimir Korolev, memperingatkan bahwa navigasi laut dan lalu lintas udara di sekitar Laut Mediternia berbahaya. Peringatan ini muncul menjelang latihan militer besar-besaran oleh Moskow di kawasan itu tanggal 1 hingga 8 September 2018.
"Dalam rangka untuk secara ketat mengamati norma-norma hukum internasional, serta untuk memastikan keselamatan navigasi dan penerbangan pesawat, area pelatihan telah dinyatakan sebelumnya berbahaya untuk navigasi dan lalu lintas udara," kata Korolev, seperti dikutip Sputnik.
Menurut Korolev, manuver militer besar-besaran Rusia di Laut Mediterania akan melibatkan 26 kapal perang dan kapal selam, serta 34 pesawat tempur. Latihan militer ini gabungan dari Angkatan Laut dan Angkatan Udara Rusia.
"Sebanyak 26 kapal perang, termasuk dua kapal selam, serta 34 pesawat akan mengambil bagian dalam latihan. Kapal berudal jelajah Marsekal Ustinov milik Armada Utara akan memimpin gugus tugas Angkatan Laut yang berpartisipasi dalam latihan," ujar Korolev.
Dia merinci beberapa pesawat yang akan terlibat dalam latihan militer. Beberapa di antaranya adalah pesawat pembom strategis Tu-160, Tu-142 dan pesawat anti-kapal selam Il-38, jet tempur Su-33 dan Su-30SM juga dilibatkan.
Manuver akbar militer Moskow ini digelar di tengah ancaman Amerika Serikat dan dua sekutunya untuk menyerang Suriah. Seperti diberitakan sebelumnya, pada 21 Agustus, Amerika Serikat, Prancis dan Inggris dalam pernyataan bersama menyatakan akan melakukan tindakan militer lagi jika Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.
Namun, pada awal pekan ini, Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan bahwa kelompok teroris Tahrir al-Sham (sebelumnya Front Al-Nusra) sedang merencanakan serangan senjata kimia terhadap warga sipil di Idlib. Serangan itu dimaksudkan untuk memfitnah rezim Assad agar Barat melakukan serangan balasan terhadap Damaskus.
Namun, langkah Rusia yang mengerakkan pasukan di dekat Suriah dinilai oleh beberapa pihak seolah-olah sedang mempersiapkan perang dengan AS.
Ketegangan antara Rusia dan Amerika kembali tumbuh terkait kondisi di Suriah. Amerika mulai menyebut-nyebut akan kembali menyerang Suriah dengan penggunaan senjata kimia sebagai alasan, di sisi lain Rusia menuduh serangan kimia sengaja dilakukan oleh kelompok pemberontak yang didukung koalisi Amerika untuk melegalkan serangan.
Rusia menanggapi situasi ini secara serius dengan menambah kekuatan mereka di kawasan tersebut. Latihan miltier besar-besaran digelar di Mediterania 1 -8 September 2018.
Rusia menumpuk kekuatan mereka di Suriah dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah pihak menilai langkah ini sebagai upaya untuk menghalangi niat Amerika dan sekutunya agar tidak melanjutkan niatnya menyerang Suriah.
Berikut Penumpukan Militer Rusia di Mediterania:
Kekuatan ini tidak termasuk pasukan Rusia yang sudah lebih awal berada di Suriah, termasuk pesawat tempur dan helikopter, sistem pertahanan udara, artileri, dan aset militer lainnya.