Rabu, 08 Agustus 2018 18:56 WIB

Kampanyekan Rasa Nasionalisme Melalui Dunia Maya dengan Mempelajari Sejarah Berdirinya NKRI

Editor : A. Amir
Peneliti dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Dr. Adnan Anwar.

JAKARTA, Tigapilarnews.com – Menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-73 tahun, masyarakat Indonesia terutama para generasi muda harus bisa mengkampanyekan rasa cinta terhadap Tanah Air melalui 'Dunia Maya' dengan banyak mempelajari sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak sebelum negara ini terbentuk. Hal ini agar dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi agar tidak mudah dipecah belah dan tidak mudah terpengaruh paham-paham radikal yang mengarah kepada aksi terorisme, sehingga dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan.

Tak hanya itu, Indonesia ini merupakan sebuah Negara yang dilahirkan oleh banyak komponen strategi, salah satu komponen strategisnya itu adalah ulama. Dimana ulama sangat berperan besar dalam proses berdirinya NKRI ini. Hal tersebut diungkapkan Peneliti dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Dr. Adnan Anwar.

“Sudah seharusnya masyarakat Indonesia ini mulai mengkampanyekan tentang kehebatan Indonesia. Berdasarkan pelacakan data, proses persiapan ulama untuk memerdekakan Indonesia itu sudah sangat lama. Sekitar 2 abad sebelum Indonesia merdeka itu sudah disiapkan. Dimana banyak pertemuan ulama seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 1873 sudah mempersiapkan berdirinya negara Indonesia ini,” ujar Dr. Adnan Anwar di Jakarta, Rabu (8/8/2018).

Menurutnya, para ulama-ulama di Aceh saat itu sudah menyatakan bahwa jika negara kolonial itu sudah lepas, maka yang akan berdiri namanya negara Indonesia, bukan Khilafah Islamiyah. Bahkan pondasi NKRI ini sejak awal sudah disiapkan oleh ulama-ulama di nusantara termasuk di Aceh tahun 1873. Lalu dilanjutkan oleh ulama-ulama yang lainnya seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syech Hasyim Asy'ari dan berdirinya Nahdatul Ulama (NU) dan puncaknya pada tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya yaitu resolusi jihad untuk melawan kedatangan Inggris ke Surabaya.

“Dan ini bukti bahwa sebetulnya kemerdekaan Indonesia ini sangat luar biasa karena didukung oleh salah satu komponen kekuatan strategi ulama. Kalau ada yang menentang berdirinya Indonesia itu sebagai negara yang thogut dan kafir itu tidak benar karena negara ini yang mendirikan itu ulama sebagai salah satu komponen strategisnya. Ini yang harus digaungkan melalui dunia maya saat ini,” ujar mantan Wakil Sekjen PBNU ini.

Lebih lanjut diceritakan Adnan, banyak karya-karya ulama pada saat itu seperti lagu-lagu Padamu Negeri juga diciptakan oleh para ulama. Termasuk bendera Merah Putih sebagai bendera Indonesia juga diusulkan oleh salah satu pendiri Al Khairat yaitu Syech Salim Al Jufri dari Gorontalo, dimana saat itu berada di Mekkah bertemu dengan Hasyim Ashari yang mana Salim Al Jufri bermimpi didatangi Rasullulah Muhammad SAW bahwa nanti kalau Indonesia merdeka benderanya harus Merah Putih. Ini di maksudkan supaya memiliki sarat sambungan perjuangan dengan kerajaan-kerajaan terdahulu seperti Kerajaan Majapahit ataupun Kerajaan Sriwijaya yang benderanya rata-rata adalah bendera merah putih.

“Ini Jadi kita harus mensyukuri kemerdekaan yang luar biasa ini. Dan ini harus kita wartakan dan kita beritakan di seluruh media sosial agar masyarakat kita bisa mengetahui betul bahwa kemerdekaan kita itu tidak hanya diperjuangkan oleh kaum nasionalis, tapi juga oleh ulama-ulama besar nusantara yang berkaliber dunia,” ujar pria yang juga tokoh muda NU ini.

Menurutnya, untuk membangkitkan semangat para generasi muda agar mau menjadikan ruang dunia maya sebagai pendorong penguatan nasionalisme melalui sebaran konten-konten yang nasionalis tentunya harus disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sumber-sumber sejarah yang otentik seperti karya-karya ulama, tokoh nasional ataupun tokoh bangsa, ketika mereka mensosialisasikan berdirinya negara Indonesia ini harus di reproduksi ulang.

“Mungkin bisa disosilisasikan dalam bentuk yang baru, karena hal ini terkait dengan generasi millienial, tetapi kontennya adalah konten masa lalu tentang nasionalisme Indonesia, nasionalisme Islam, tentang Pancasila, tentang NKRI. Sebenarnya ini produk yang luar biasa dan harus disosialisasikan ulang pada generasi kita, generasi millinial. Tapi mungkin harus dikemas dalam bentuk baru karena generasi millineal ini menyukai bentuk-bentuk yang lebih aktual atau lebih modern,” ujar pria yang ditugaskan untuk mengembangkan organisasi NU dikawasan Timur Tengah ini.

Menurutnya, sosialisasi seperti ini tidak hanya penting bagi generasi kita saja, tetapi ini juga banyak di inspirasi oleh kalangan luar negeri. Dimana tokoh-tokoh atau anak-anak muda luar negeri sangat menginspirasi proses kelahiran Indonesia itu. Apalagi Indonesia itu negara yang cara merdekanya itu dengan cara merebut, bukan diberi.

“Dan ini menimbulkan rasa heroisme yang sangat luar biasa dan menjadi kebanggaan tersendiri bahwa korban kita yang jatuh juga sangat banyak, tetapi heroisme ini bakal dari pembentukan karakter bangsa kita pada saat ini,” ujarnya.

Menumbuhkan rasa nasionalisme atau cinta Tanah Air ini juga menjadi benteng agar masyarakat kita tidak mudah terpengaruh propaganda ataupun budaya yang ada di Timur Tengah dengan dibungkus nuansa agama oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Apalagi saat ini ada negara yang proses nations character buildingnya meniru Indonesia.

“Termasuk misalnya bagaimana para founding father itu cara mendirikan negara yang disebut dengan Pancasila itu sekarang banyak ditiru. Negara yang sekarang meniru kita ini namanya Afghanistan, itu meniru negara Pancasila. Bahkan mereka akan menjadikan Pancasila itu sebagai ideologi di negara mereka. Akan aneh kalau ada kelompok yang ingin menanamkan ideologi agama di negara kita seperti kelompok ISIS (Islamic State Iraq and Suriah) itu yang mana di sana malah mengajarkan kekerasan,” ujar alumni Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya ini.

Dari pengalaman dirinya saat mengembangkan organisasi NU di Afghanistan bahwa model seperti Indonesia ini justru dicita-citakan oleh anak muda Afganistan. Terbukti dalam lima tahun terakhir ini banyak anak muda Afganistan mengambil kuliah di Indonesia yang mana atas kerjasama beasiswa dengan NU atau pemerintah, namun banyak juga atas inisiatif mereka sendiri.

“Karena mereka melihat justru masa depan Afganistan itu tidak bisa meniru Eropa atau Amerika. Justru masa depan Afganistan itu prototipenya itu justru yang terbaik itu ada di Indonesia. Kalau model Indonesia ini kita sosialisasikan ke seluruh penjuru dunia melalui dunia maya maka orang pasti tertarik dengan gagasan Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika ini luar biasa,” ujarnya.

Untuk itu menurutnya perlu sinergitas antara pemerintah antara kekuatan-kekuatan strategis di Indonesia baik itu di level negara, pemerintah maupun organisasi-organisasi pendiri Republik untuk dapat membentuk karakter pendidikan nasional di sekolah. Apalagi kurikulum tentang kepribadian bangsa ini saat ini sangat kurang sekali.

“Pendidikan yang ada saat ini seperti sangat membosankan, sehingga cerita tentang Nasionalisme, NKRI, Kemerdekaan tahun 1945 itu menjadi seperti pepesan kosong. Apalagi di jaman millenial ini dunia maya sangat kuat, justru harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menumbuhkan rasa nasionalisme itu. Isi kontennya tentang discovery Indonesia, harus lebih menarik, lebih kreatif, lebih inovatif sesuai dengan perkembangan hari ini,” ujarnya mengakhiri.


0 Komentar