Jumat, 27 Juli 2018 11:18 WIB
JAKARTA, Tiapilarnews.com- Faksi Fatah yang dipimpin Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menuduh Israel menyusun rencana untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Menurut Fatah, runtuhnya batu Tembok Ratapan beberapa hari lalu membuktikan adanya rencana tersebut.
Otoritas Purbakala Israel (IAA) pada hari Rabu lalu mengunakan crane untuk mengangkat ashlar 200kg yang jatuh ke dalam plaza egaliter atau dikenal sebagai Ezrat Yisrael yang nyaris kosong. Tak ada yang terluka akibat runtuhnya batu kuno Tembok Ratapan tersebut.
Para arkeolog IAA belum menentukan apa yang menyebabkan batu kuno itu jatuh. Namun, sejak insiden itu, Palestina memanfaatkannya untuk menghidupkan kembali tuduhan lama mereka bahwa Israel berencana untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa untuk membangun kembali Kuil Ketiga.
Osama Qawassmeh, seorang juru bicara Fatah, mengatakan pada hari Kamis bahwa runtuhnya batu itu merupakan tanda berbahaya dari apa yang terjadi pada Masjid al-Aqsa dan sekitarnya. Dia menyalahkan kegiatan para arkeolog di dekat Temple Mount selama beberapa dekade, yakni di situs yang disebut Davidson Center, di Jerusalem Archaeological Park.
"Kami menegaskan bahwa Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya, termasuk apa yang ada di bawahnya, adalah murni Islami," kata Qawassmeh. "Orang Yahudi tidak punya hak untuk itu," ujarnya, dikutip The Jerusalem Post, Jumat (27/7/2018).
Dia mengatakan, kunjungan orang-orang Yahudi ke Temple Mount, serta penggalian arkeologi Israel di bawah kompleks tersebut, yang oleh orang Palestina disebut al-Haram ash-Sharif, adalah "kejahatan terhadap semua agama dan pelanggaran mencolok terhadap kesucian agama Islam".
Dalam beberapa tahun terakhir, warga Palestina sangat mengutuk kunjungan oleh kelompok-kelompok Yahudi ke Temple Mount. Mereka juga memprotes serbuan para pemukim Yahudi ekstrem dan radikal ke Masjid Al-Aqsa.
Qawassmeh mengatakan, Israel bekerja untuk mengubah konflik politik menjadi konflik agama.
Menurutnya, pemerintah Israel berencana untuk mengubur setiap prospek koeksistensi di wilayah tersebut. "Yerusalem adalah murni Arab dan Palestina, dan tidak akan ada kedamaian dan stabilitas tanpa mengakhiri pendudukan Israel atas kota (suci)," katanya.
Omar Kiswani, Direktur Masjid Al-Aqsa, juga menyalahkan penggalian arkeologi Israel sebagai penyebab runtuhnya baru Tembok Ratapan. Pihak berwenang Israel melarang pejabat Departemen Wakaf di Yerusalem untuk memeriksa area di mana batu kuno itu runtuh.
Insiden itu, kata Kiswani, menegaskan pernyataan Departemen Wakaf bahwa Israel sedang melakukan pekerjaan penggalian arkeologi yang berbahaya di area Temple Mount. Dia menyerukan komite internasional datang untuk menyelidiki tindakan Israel.
Yusef Natsheh, Direktur Arkeologi Islam dan Pariwisata di Haram al-Sharif, mengklaim bahwa mencongkel batu kuno itu merupakan tindakan yang "tidak biasa".
"Itu adalah insiden berbahaya," kata Natsheh. “Kemungkinan besar itu sudah direncanakan sebelumnya. Ini bisa jadi merupakan percobaan untuk menentukan arah penggalian yang bekerja dengan ketebalan dinding Masjid Al-Aqsa."
Natsheh mengatakan bahwa Departemen Wakaf khususnya dan warga Muslim pada umumnya sangat prihatin dengan kejadian itu.
Mufti Yerusalem, Sheikh Mohamed Hussein, mengklaim bahwa penggalian arkeologi Israel yang sedang berlangsung telah mengancam Masjid Al-Aqsa.
Direktur Departemen Wakaf Azzam Al-Khatib menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas pekerjaan penggalian oleh para arkeolog Israel. Dia mengklaim bahwa Israel sedang berusaha untuk menghubungkan serangkaian terowongan di bawah Temple Mount, terutama di area Istana Umayyah Taman Arkeologi (Archaeological Park’s Umayyad Palace) Yerusalem.
Khatib meminta UNESCO untuk mengirim tim guna menyelidiki tindakan Israel di dekat situs suci.
Pemerintah Israel belum berkomentar atas tuduhan tentang rencana penghancuran Masjid Al-Aqsa yang dilontarkan faksi Fatah Palestina.(exe/ist)