Selasa, 24 Juli 2018 13:31 WIB
JAKARTA, Tigaplarnews.com- Gelombang panas mematikan terus berlanjut di Jepang.
Terbaru, gelombang panas di Negeri Sakura itu mencatat rekor tertinggi, mencapai 41,1 derajat Celcius di Kumagaya, Jepang, pada awal pekan ini.
Temperatur yang tinggi telah menewaskan sedikitnya 44 orang sejak 9 Juli. Menurut kantor berita Kyodo News, pada hari Sabtu, sebelas orang meninggal saat suhu melampaui 35 derajat Celcius pada pukul 11 pagi di 57 lokasi di Jepang. Hampir semua korban adalah orang tua.
Sementara Badan Meteorologi Jepang melaporkan wilayah Kumagaya, pada awal pekan ini, mencapai suhu tertinggi yang pernah tercatat di negara itu dan hampir 12 derajat lebih panas dari suhu rata-rata selama tahun.
Badan ini memprediksi suhu tinggi hingga di atas 35 derajat akan terjadi antara pukul 5 pagi dan 5 sore waktu setempat. Itu berlaku untuk wilayah Tokai, dan sebagian besar pulau Honshu, Shikoku dan Kyushu. Sedangkan Di Kumagaya, suhu tinggi diprediksi akan bertahan sepanjang minggu.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan potensi penyakit yang dipicu gelombang panas lebih tinggi dari biasanya. Mereka pun menghimbau warga Jepang untuk mengambil tindakan yang tepat, termasuk tetap terhidrasi, menghindari matahari dan menggunakan pendingin ruangan.
Presiden dan Pendiri AccuWeather Joel Myers mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan sudah ratusan dan memprediksi akan terus meningkat.
"Total korban manusia sebenarnya mungkin tidak pernah diketahui karena laporan fatalitas terkait panas secara historis kurang karena tidak semua kematian dikaitkan dengan panas dan beberapa diantaranya adalah hasil dari mempercepat masalah kesehatan yang serius dan kematian muncul beberapa minggu kemudian," kata Myers seperti dikutip dari US News, Selasa (24/7/2018).
Myers juga memperingatkan bahwa orang tua dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, seperti asma dan kondisi jantung cenderung menghadapi kesehatan yang menurun karena eksaserbasi kondisi mereka karena cuaca.
Selain itu, Myers mengatakan bahwa tempat-tempat di Jepang yang biasanya tidak rentan terhadap panas cenderung memiliki pendingin udara, jadi ada lebih sedikit tempat bagi orang-orang untuk mundur untuk beristirahat dari gelombang panas terik.
Sebuah survei pemerintah dari tahun lalu melaporkan bahwa hanya 42 persen sekolah dasar dan menengah umum di Jepang memiliki pendingin ruangan dan banyak bangunan apartemen tidak memiliki AC sentral.(exe/ist)