Kamis, 10 Mei 2018 08:14 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pengamat Terorisme Al-Chaidar mengatakan, proses negosiasi polisi dengan napi teroris di Rutan Mako Brimob dinilai hanya membuang waktu. Dalam situasi ini, disarankan TNI turun untuk berhadapan dengan teroris.
"Harus ditangani militer, (TNI) harus masuk," kata Al-Chaidar, Kamis (10/5/2018).
Polri sebenarnya punya tim khusus yang menangani teroris, yakni Densus 88 Antiteror. Namun, menurut Al-Chaidar, dalam situasi ini, diperlukan aparat yang siap tempur.
"Karena polisi tidak mempunyai kemampuan tempur, (sementara) Densus hanya punya kemampuan menangkap dan menyergap, bukan kemampuan tempur," imbuhnya.
Negosiasi, sejauh ini, belum menunjukkan hasil yang bisa disampaikan kepada publik. Al-Chaidar memperkirakan Polri akhirnya akan mengambil tindakan terakhir, yakni menggempur teroris di dalam Rutan Mako Brimob.
"Saya kira pilihan itu yang akan dipilih polisi, karena cuma itu yang terlihat. Daripada buying time yang akan memperluas kesempatan mereka (teroris) untuk semakin menguasai Rutan," ungkapnya.
Upaya terakhir ini memang sangat berisiko. Sebab, bukan hanya ada napi teroris di dalam, tapi ada tahanan lain dan kemungkinan polisi lainnya yang bisa menambah daftar sandera.
"Sangat berisiko, (karena) para sandera kemungkinan dibunuh," ujarnya.
Di sisi lain, negosiasi dengan teroris juga dinilai tidak akan berhasil. Sebab, para teroris memiliki kemampuan militer dan mereka siap mati.
"Karena mereka (teroris) terlatih secara militer, sementara Polri tidak terlatih untuk bertempur, walaupun berbeda situasi dan amunisi mereka (teroris) mungkin tidak lebih banyak. Kemungkinan mereka fatalis, siap mati semua. Kalaupun ada negosiasi untuk konsumsi," tuturnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR Martin Hutabarat mendorong agar TNI bisa turun tangan membantu Polri menangani masalah keurusuhan di Mako Brimob.
"Kita menghargai negosiasi yang dilakukan polisi. Tapi apabila negosiasi gagal, maka perlu kerjasama dengan TNI untuk amankan itu," kata Martin.
Martin menilai TNI adalah pihak yang punya kemampuan tempur mengatasi kegentingan bersenjata. Pengerahan prajurit TNI perlu supaya tak ada lagi korban jiwa yang jatuh, setelah sebelumnya ada lima polisi yang gugur.
"TNI inilah yang terlatih berperang. Kita tak ingin ada korban baru lagi dari Mako Brimob," kata Martin.
Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra ini menilai pengerahan TNI ke arena kerusuhan di Mako Brimob justru bisa mengurangi jatuhnya korban lebih banyak. Kerjasama polisi dengan TNI di lapangan bisa diatur supaya penangangan situasi lebih efektif. Yang penting, penguasaan kawasan Mako Brimob oleh teroris bisa segera dipungkasi.
"Kerjasama polisi dan TNI dalam pemberantasan teroris perlu didukung," kata Martin.