Selasa, 17 April 2018 19:29 WIB

Pertama Kali, Fashion Show Saudi Dihadiri Sekitar 1.500 Orang

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi wanita saudi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Saudi menggelar fashion show bertajuk Arab Fashion Week. Ajang bersejarah dunia fashion di Saudi ini menampilkan desainer lokal dan asing. 

Acara yang digelar di lobi Hotel Ritz-Carlton menjadi bagian dari sejarah keterbukaan di kerajaan konservatif itu. Itu menjadi bagian dari upaya Saudi melepaskan diri dari kebergantungan terhadap minyak.

Selain itu, di bawah reformasi yang di pimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) memberikan kebebasan bagi perempuan dalam bidang sosial dan budaya. 

Namun demikian, peragaan busana tersebut hanya dihadiri perempuan pada Kamis (12/4) lalu. Sekitar 1.500 orang menghadiri peragaan tersebut dengan tiket USD133 un tuk melihat model berlenggak-lenggok di catwalk. Jean Paul Gaultier dan Roberto Cavalli merupakan de sainer yang menampilkan gaunnya dalam acara tersebut. 

“Kita memiliki banyak desainer Saudi yang potensial dan menakjubkan,” papar Putri Noura binti Faisal, presiden Dewan Fashion Arab, dilansir Bloomberg. “Itu menjadi industri di besar di pasar ini. Acara ini hanya baru awalan,” ungkapnya. 

Putri Noura ingin mendirikan sekolah busana ternama di Arab Saudi. Dia juga menginginkan Riyadh menjadi “kota fashion “ pada suatu hari.

Namun, Dewan Fashion juga bergerak hati-hati. Acara fashion show juga tidak boleh ada alkohol dan aktivitas homoseksual. Banyak perempuan Saudi yang merasa takjub dengan fashion show di Riyadh. 

Salah satunya adalah Fatima Al Otaibi yang terkejut ketika ada desainer Saudi yang ikut berpartisipasi. “Ini perama kali dalam hidup saya, saya bisa menghadiri fashion show. Sungguh menakjubkan,” ungkap Fatima. 

Dalam ajang tersebut, pengunjung tidak boleh mengunggah foto ke media sosial. “Ini menjadi kesempatan menakjubkan untuk mengganti pemikiran orang di luar Saudi tentang perempuan Saudi, bagaimana mereka mendesain baju dan bagaimana mereka berpakaian. Perempuan Saudi telah me nunggu selama bertahuntahun untuk berkembang,” kata Mariam Mosalli, konsultan kemewahan di Jeddah. 

Arab Fashion Council menyiapkan fashion show itu selama lima bulan. Acara itu sebenarnya digelar pada 25 Maret lalu, tetapi ditunda karena banyak jurnalis asing, pembeli, dan model yang tidak mampu mendapatkan visa masuk Saudi. Tiga pekan kemudian, 16 pertunjukan dijadwalkan. 

Desainer yang hadir dalam pertunjukan tersebut termasuk dari Lebanon, Mesir, dan Italia. Mereka ingin merebut pasar Saudi. Namun, banyak juga pihak yang mengeluhkan tentang panitia yang tidak profesional. Selain itu, cuaca yang tidak bersahabat juga menjadi gangguan bagi peserta. 

Namun, semuanya menyadari karena acara itu merupakan pertama kalinya. Khusus untuk fashion show, Saudi memang belajar dari Dubai, Uni Emirat Arab, yang menjadi kiblat fashion di Timur Tengah. Riyadh ingin menggeser posisi Dubai dalam hal fashion.

Itu sering dengan visi 2030 yang disusun Mohammed bin Salman bahwa Saudi harus menjadi tempat paling inovatif bagi bisnis, pariwisata, dan mengundang investasi asing.

Diharapkan dengan fashion show itu, Mohammed bin Salman menginginkan agar masa depan Saudi juga ditopang bisnis skala menengah dan kecil yang dimiliki perempuan. 

Langkah penting yang ditempuh Saudi adalah mendirikan otoritas khusus menangani pengusaha kecil dan menengah, khususnya di industri fashion dengan bantuan senilai 500 miliar riyal pada 2014 dan 2 triliun riyal pada 2030. Arwa Al-Banawi, desainer Saudi yang tampil di Arab Fashion Week, menampilkan pakaian Arab Badui. 

Dia percaya bahwa Saudi Fashion Week bisa menjadi langkah untuk pemberdayaan perempuan di Saudi. “Ini sangat penting bagi kita di mana kita memiliki fashion week. Saya sering tampil di Dubai atau Paris, tapi saya ingin perempuan Saudi menjadi bagian dari momen ini,” ujar Arwa dilansir The New York Times. 

“Tampil di Arab Fashion Week menjadi kesempatan paling menantang di mana saya pernah bergabung. Lain kali, acara ini akan menjadi lebih baik,” jelasnya. Mashael AlRajhi, desainer pakaian perempuan dan pria berbasis di Riyadh, juga sepakat. Dia juga bekerja sama dengan Nike untuk hijab yang ditampilkan pada Jumat malam (13/4).

“Banyak bakat kreatif yang berkembang di sini. Prioritas berikutnya adalah membangun infrastruktur lokal untuk industri fashion Saudi yang akan terus tumbuh,” ungkapnya. Sebelumnya, bioskop juga baru pertama di Arab Saudi dalam lebih 35 tahun yang akan dibuka pada 18 April mendatang di Riyadh. 

Pengumuman itu muncul setelah kesepakatan dengan AMC Entertain ments Holdings untuk membuka 40 gedung bioskop dalam lima tahun mendatang. Gedung bioskop tidak akan memisahkan antara penonton pria dan wanita seperti tempat publik lain di Saudi. 

Film pertama yang ditayangkan adalah superhero Marvel Black Panther. Kemudian, wanita di Arab Saudi diizinkan menghadiri acara olahraga di stadion di tiga kota besar di wilayah kerajaan tersebut mulai 2018. Arab Saudi memulai membangun tiga stadion di Riyadh, Jeddah, dan Damman yang siap untuk menampung keluarga mulai awal 2018. 

Kemudahan bagi perempuan Saudi juga dibuka besarbesar bagi mereka yang ingin berbisnis. Perempuan Saudi tidak memerlukan izin dari wali baik ayah atau suami maupun saudara lelaki jika ingin memulai bisnis.

Selain itu, untuk mendirikan bisnis baru di Saudi, warga juga tidak perlu lagi memerlukan notaris untuk mendokumentasikan berdirinya sebuah perusahaan. Semua sistem pengajuan izin bisnis dilaku kan secara daring. 

Selain itu, Saudi juga membuka keran bagi perempuan yang ingin bekerja di sektor publik. Selama bertahun-tahun, undang-undang di Arab Saudi mencegah pencampuran lelaki dan perempuan di tempat kerja.(sndo)


0 Komentar