Sabtu, 14 April 2018 10:42 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Anggota DPR Firman Soebagyo meminta agar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) segera mencabut pemecatan dokter Terawan saat ini statusnya masih menggantung pasca IDI mengeluarkan putusan menunda pelaksanaan pemecatan sementara dan pencabutan rekomendasi izin praktik terkait metode cuci otak dianggap menyalahi kode etik kedokteran.
Menurut Firman, dirinya yang juga pernah merasakan dirawat oleh dokter kepala RSPAD ini mengatakan, jika dokter Terawan sangat terlatih dan laten dalam merawat pasien.
Khusus dirinya. Firman menjelaskan bagaimana saat dirinya diobati dari sakit maut penyumbat darah. Dokter Terawan dengan keahliannya mampu mengangkat penyakitnya sehingga sampai saat ini dirinya sudah merasa sehat.
"Saya pernah menjadi pasiennya. Dan dokter Terawan yang telah membantu saya mengobatai penyakit penyumbatan darah sudah sangat kritis dan mengancam jiwa saya," kata Firman mengenang masa pengobatan dengan dokter Terawan kepada wartawan, Sabtu (14/4/2018).
Politikus Golkar ini pun menilai, kehadiran dan keterampilan dokter Terawan sangat banyak dirasakan manfaatnya oleh berbagai lapisan masyarakat baik itu dari kalangan atas hingga kalangan kelas bawah butuh pertolongan dan keahlian dari dokter Terawan.
Disisi lain, lanjut Firman, keahlian dan keterampilan dokter Terawan sudah mendapat pengakuan dari dunia internasional, bahkan negara maju seperti Jerman pun sangat mengapresiasi bahkan menganjar dokter Terawan dengan berbagao macam penghargan khususnya dalam bidang medis kepada doker Terawan.
"Beliau banyak menginspirasi bahkan menolong orang dan keahliannya pun sudah diakui oleh Jerman memberikan banyak penghargaan kepada dokter Terawan dianggap sangat berdedikasi dalam dunia medis serta kedokteran," tutur Firman.
Untuk itu, Firman pun berharap dengan adanya pengakuan serta testimoni dari pihak-pihak sudah merasakan tangan dingin dokter Terawan bisa menjadi gambaran ataupun tolak ukur dari IDI mempertimbangkan lagi pemecatan dokter Terawan.
Pasalnya, IDI harus melihat sisi positif dari apa yang sudah dikerjakan dokter Terawan dengan metode pengobatannya dan bukan menghakimi secara membabi-buta dan menyalahakn metode pengobatan dianggap menyalahi aturan.
"Kita ini bangsa apa sesama provesi tidak saling menghormati dan jujur saja di negara lain seorang keahlian dokter Terawan sangat dihormati di negara orang lain. Namun dinegeri sendiri malah dicaci maki bahkan dihakimi apalagi sesama profesi Kapan bangsa ini akan maju," tegas Firman.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) akhirnya pada kesimpulan terkait nasib Mayjen dokter Terawan Agus Putranto. Dokter Terawan sebelumnya direkomendasi dikeluarkan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (MKEK PB IDI) karena dianggap membuat banyak pelanggaran dalam profesinya sebagai dokter.
Keputusan IDI menuai banyak pro dan kontra. Apalagi sebagian pasiennya justru merasakan manfaat atas metode penyembuhan yang dilakukan Dokter Terawan.
Ketua Umum PB IDI, Prof Ilham Oetama Marsid, mengatakan sementara ini pihaknya menunda melaksanakan putusan MKEK karena keadaan tertentu.
“Oleh karenanya Dokter Terawan masih berstatus sebagai anggota IDI,” kata dr Ilham Oetama Marsis SpOG, dalam jumpa pers di Sekretariat PB IDI, Senin (9/4/2018).
Selain itu, IDI juga merekomendasikan penelitian mendalam terhadap tindakan terapi dengan metode brainwash atau cuci otak yang selama ini digunakan Dokter Terawan oleh tim health technology assessment (HTA) Kemenkes RI.
Sebelumnya, dalam sidang etik MKEK PB IDI menyebut Terawan membuat banyak pelanggaran. Dari berkas putusan MKEK PB IDI kami miliki, tercatat ada empat pelanggaran dilakukan Terawan. Satu, mengiklankan diri secara berlebihan dengan klaim tindakan untuk pengobatan (kuratif) dan pencegahan (preventif). Dua, Tidak kooperatif atau mengindahkan undangan divisi pembinaan MKEK dengan tidak menghadiri undangan kemahkamahan. Tiga, dugaan menarik bayaran dalam jumlah besar. Terakhir, Terawan dianggap menjanjikan kesembuhan pada pasien setelah menjalani tindakan cuci otak.
Terapi dilakukan terawan memang berbeda. Ahli Intervensi Radiologi lulusan Universitas Gajah Mada, ini memodifikasi metode digital subtracion angiography (DSA). Mulanya, dokter Terawan akan meneliti terlebih dahulu hasil CT scan dan magnetic resonance imaging (MRI) milik pasien. Kemudian melalui mesin pemindai pembuluh darah tiga dimensi DSA, ahli radiologi itu bisa menindak cepat pasien stroke.