Jumat, 09 Maret 2018 15:11 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kesediaan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, untuk berunding dengan Amerika Serikat (AS) soal denuklirisasi membuat tim intelijen AS dan Korea Selatan penasaran.
Intelijen menyelidiki kondisi kesehatan Kim Jong-un setelah beredar rumor bahwa diktator muda itu mengidap berbagai penyakit sehingga mengalami perubahan penampilan fisik dan perilaku.
Menurut sumber yang dekat dengan intelijen AS, mata-mata Washington dan Seoul dilaporkan menyelidiki dugaan penyakit yang diidap pemimpin Pyongyang itu mulai dari diabetes, asam urat, tekanan darah tinggi, penyakit seks menular hingga masalah psikologis.
”Kesehatan Kim adalah sesuatu yang dimiliki oleh komunitas intelijen kita sendiri untuk mendapatkan semua wawasan yang mungkin terjadi,” kata Harry Kazianis, Direktur Studi Pertahanan di Centre for National Interest.
“Ada desas-desus bahwa Kim mungkin menjalani operasi plastik dan dengan sengaja membuat bobotnya terlihat lebih mirip kakeknya, penguasa pendiri Korea Utara, dan menyalurkan popularitasnya,” ujar Kazianis.
Sumber intelijen AS mengatakan, penyelidikan tentang kondisi kesehatan Kim Jong-un dengan menggabungkan profil kesehatannya yang akurat, termasuk mencari data valid dari sejumlah pakar.
”Kondisi kesehatan, termasuk penggunaan obat-obatan terlarang, dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pemimpin luar negeri, kekecewaan seorang pemimpin yang diharapkan dapat menyebabkan ketidakstabilan di negara dengan konsekuensi potensial bagi kepentingan AS,” kata Bruce Klingner, peneliti senior untuk Northeast Asia di Heritage Foundation Asian Studies Center dan mantan wakil kepala divisi CIA untuk Korea, kepada Fox News, Jumat (9/3/2018).
Kesehatan Kim Jong-un
Pejabat Korea Utara pada tahun 2014 mengakui bahwa pemimpin muda itu “kondisi fisik yang tidak nyaman” setelah penampilannya direkam, di mana dia terlihat mengalami kelebihan berat badan dan berjalan pincang. Pakar menduga Kim Jong-un menderita asam urat, diabetes dan tekanan darah tinggi.
”Kim Jong-un telah mendapatkan banyak bobot, dan kenaikan berat badan ini diyakini membawa banyak efek samping, termasuk penyakit jantung dan tekanan darah tinggi,” kata Eric Yoon, CEO dan founder Television Korea 24.
”Kim sering menikmati minuman berat dan merokok. Pada bulan Oktober 2014, dia menghilang dari penampilan publik dan media selama dua bulan karena sakit artritis di kakinya. Tapi (kondisi) kesehatannya sangat rahasia karena kemungkinan (bisa memicu) pemberontakan di Korea Utara. Sebaliknya, dia sering tidak muncul di depan umum.”
Ada juga laporan yang belum dikonfirmasi bahwa Kim mengidap penyakit seks menular. Sumber intelijen AS mengatakan kepada Fox News bahwa ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il, memiliki riwayat berbagai jenis penyakit seks menular, termasuk sifilis. Kondisi itu memicu spekulasi bahwa sang anak memiliki riwayat serupa.
Laporan itu sudah lama beredar ketika Kim Jong-il berkuasa. Saat itu, angka penyakit seks menular dilaporkan naik ke tingkat epidemi selama tahun 1990-an, ketika bencana kelaparan menimbulkan pertumbuhan industri seks yang sangat membutuhkan uang.
Kecenderungan tersebut dilaporkan terus berlanjut di kalangan orang kaya di sekitar Pyongyang, Ibu Kota Korea Utara. Ada klaim lanjutan dari kantor berita Korea Selatan bahwa gadis-gadis muda dipaksa melakukan pelacuran untuk melayani pejabat tinggi Korea Utara, yang membuat penyakit seks semakin merajalela di kalangan elite militer.(exe/ist)