Sabtu, 05 Agustus 2017 14:31 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Peneliti Ekonomi-Politik dan dosen Pasca Sarjana Universitas Paramadina, menyatakan, kebijakan ekonomi ala Jokowi dan Sri Mulyani ini berpotensi membahayakan Negara.
"Kami tidak bermaksud ingin menggurui, tapi saya harus jujur mengatakan bahwa masalah yang paling mendasar dari problem perekonomian ini karena otak Jokowi yang tidak sampai,” kata DR. Herdi Syahrazad disela-sela diskusi Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) dengan tema 'Utang Kotor SMI', di kawasan Tugu Proklamasi, Jakarta, Jumat (4/8/2017).
"Jadi, meskipun Jokowi dipilih rakyat, tapi otaknya gak nyampek dengan soal yang beginian. Makanya dia manggut-manggut saja dengan kebijakan yang diambil Sri Mulyani," katanya.
Dia menjelaskan, problem yang membelit rezim Jokowi adalah karena pemerintah menganut Neoliberalisme dan kinerja pemerintah yang minus terobosan serta monotan.
"Jadi, neoliberalisme dan kapitalisme lah yang membuat pemerintah ini gagal menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," katanya.
"Sri Mulyani ini hanya pinter ngomong dan pinter nulis, tapi dia tidak ngerti sejarah ekonomi nasional. Makanya dia tidak bisa bekerja secara tepat. Kalau cuma ngutang ya sarjana IKIP Jakarta yang baru lulus juga bisa jadi Menteri Keuangan," cetus dia.
"Saya tidak benci sama Sri Mulyani, tapi saya cinta bangsa tanah air Indonesia. Kita ingin bangsa yang berkeadilan," ungkapnya.
Selama kurang lebih 2,5 tahun rezim Jokowi memimpin, jumlah utang pemerintah Indonesia bertambah Rp. 1.067,4 triliun. Artinya, utang luar negeri Indonesia terus meningkat sampai akhir Mei 2017, mencapai Rp 3.672,33 triliun.
Jokowi melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani berdalih bahwa sebagian besar dari pertambahan utang tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur yang saat ini tengah digenjot pemerintah.